Minggu, 15 Desember 2013

“Mimpi bertemu Alm Ummy (nenek)”

Dalam mimpi itu, ummy tampak lebih muda dibandingkan usia ketika beliau meninggal. Wajahnya begitu bersih bercahaya juga berseri. Ummy menggunakan jilbab biru tua, bajunya pun biru tua, menegaskan wajahnya yang bersih dan bercahaya.
Samar-samar aku mengingat, dalam mimpi itu, beliau sedang berada dalam majlis ta’lim dan sedang bertanya pada pembicara, sedang aku hanya terpana melihatnya karena sudah sekian lama tidak berjumpa, tepatnya masih meyakinkan diri kalau aku ga salah orang. Rasanya terharu luar biasa, saat ini pun, detik ini pun ketika aku menulis tulisan ini, air mata mengalir tanpa di minta,, “aku kangen ummy”
Mungkin beliau mengingatkanku untuk selalu mendoakannya, atau sekedar tak’ziah kemakamnya dan membersihkan makamnya dari rerumputan liar, atau bahkan mengingatkanku untuk tidak tidur selepas subuh, karena jujur saja, ketika mimpi itu datang aku tertidur selepas solat subuh.
Ketika aku terbangun,rasanya aku ingin tertidur lagi dan memimpikan beliau. Sekedar mencium tangannya, dan menanyakan kabarnya, atau kalau bisa, aku ingin sekali memeluknya,,,

Aku tersadar bahwa, mungkin selama ini, aku jarang sekali mendokan mereka yang telah wafat mendahului kita. Aku juga tersadar bahwa aku terlampau egois karena hanya berdo’a untuk diriku sendiri. Semoga kedepannya aku bisa istiqomah mendoakan nenek dan kakeku dalam setiap do’aku.
Share:  

“Liburan Jilid 3”

Ga kerasa kami sudah seharian di Taman Bunga Nusantara, waktu sudah menunjukan pukul 16.30 kalau tidak salah, dan kami harus pulang.
Keesokan harinya, perjalanan jilid 3. Kami memutuskan untuk mendaki Gunung Gede Pangrango. Sssssssssttt jangan mikir kejauhan, kami cumin mendaki sampai iar terjun Cibeureum yang jauhnya mungkin hanya 3km dari tempat kami beli tiket.
Udara sejuk, semilir angin dan music alam (dihasilkan dari gesekan ranting-ranting) dari pohon-pohon yang menjulang. Tampak jelas kalau yang kami lewati merupakan hutan hujan tropis, sesekali gemercik ari yang kami dengar dari sungai-sungai kecil ikut mengiringi perjalanan kami.
Sungguh, itu merupakan lukisan alam yang sempurna yang di ciptakan oleh Dzat yang maha sempurna. Sesekali kita berfoto-foto dan istirahat sejenak, sambil menikmati pemandangan.
Ada cerita menarik: saat itu, kami berlima menggunakan rok saat mendaki, yaaaa maklum lah, ceritanya kan akhwat-akhwat lagi liburan. Dalam perjalanan kami sering berpapasan dengan pengunjung lainnya, atau kami di salip oleh pengunjung lainnya, aneh nya setiap pengunjung yang berpapasan dengan kami semua mengucapkan salam, eantahlah, mereka melakukannya dengan tulus ikhlas atau cuman godain aja, yang jelas melihat  raut muka mereka, itu cukup menjengkelkan. Tapi karena salam itu do’a kami tetap menjawabnya.
Perjalanan rasanya jauuuhh sekali, bagiku ini bukan yang pertama kali tapi bagi teman-teman ku itu merupakan perjalanan pertama kali, sempat sesekali salah seorang dari temanku menanyakan “kapan kita sampai?”, aku cukup menjawabnya dengan “Sabaaaaaar”
Setelah kurang lebih kami berjalam selama 2 jam, kami mulai mendengar suara air yang jatuh ke permukaan. Dan kami juga merasakan cipratan-cipratan arinya, dan hey.. hey ternyata kami sudah sampai. Teman-teman begitu terkesima dengan lukisan alam yang begitu indah, tinggi air terjunnya mungkin lebih dari 20m, dan disana terdapat dua lagi air terjun, tapi ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan air terjun utama.
Setelah melepas lelah sejenak sambil mengisi ulang energy dengan makanan, kami mulai beraksi, apa itu? Yap…. Mengabadikan setiap momen, kami foto-foto dan menikmati setiap detail tempatnya. Subhanallah, keren banget pokoknya.
Duhur telah tiba, kami bergegas untuk solat duhur. Tapi saying, di tempat wisata yang sudah banyak dikenl orang, sarana-sarana menunjang seperti WC dan Musola, tidak ada di sana, ada sih, WC, tapi kondisinya sangat menghawatirkan. Mau tidak mau kami solat di atas dipan yang memang biasanya pengunjung lain pun menggunakannya untuk solat. Rasanya tetap berbeda, tapi ada uniknya juga, kami solat langsung dihadapkan pada ciptaan AllahSubhanahuwata’ala dan pemandangan yang begitu ruaarrrrr biasa
Alhamdulillah, setelah puas berkeliling dan foto-foto akhirnya kami pun memutuskan untuk pulang dan kembali ke rumah.

Itu cerita tentang liburanku, apa cerita tentang liburanmu???

ini foto-foto nya.....
beraksi di gerbang pendakian... heheh

kalau yang ini, beragam tanaman hias yang di jajakan disepanjang jalanan di area kebun raya cibodas, sebenernya selain bunga ada buah jyga, tapi yang itu ga di foto

mulai pendakian, jalan masih datar dan rata,,


ini jalan yang paling aku suka, karena pemandangannya bagusss banget

keren kan?? hahaha

ini waktu kita udah nyampe air terjun,, eeemmmmm adeeeeem

aku lupa ini pulangnya atau pas berangkat, yang jelas ini juga jadi salah satu foto kesukaanku 

Share:  

“Liburan Jilid 2”

Puas berkeliling di Mesjid Raya kota Bnadung, kami memutuskan untuk pulang ke Cianjur (Rumahku) mengingat waktu juga sih yang sudah mulai beranjak petang. Perjalanan Bandung Caianjur mungkin 2 jam waktu itu, kami berlima memanfaatkannya untuk tidur setelah seharian main-main. Tiba di Cianjur, kami disambut dengan Hujan yang sangat deras. Dengan sigap, ibu tercinta menyediakan teh hangat untuk mengahangatkan badan kami. 
Sedikit berbicara tentang rumahku: rumahku rumah panggung sederhana yang terbuat dari bilik bambu berlantaikan kayu, memang seperti itu kebanyakan model rumah di perkampunganku. Selain faktor rumah di perdesaan, faktor cuaca juga mungkin mempengaruhi. Aku tinggal di daerah yang cukup dingin, ga dingin banget seperti daerah cipanas memang, tapi kalau dibandingkan dengan Cianjur kota, daerahku lebih dingin, mungkin karena aku tinggal di kaki gunung Gede Pangrango kali ya. Jadinya tipe rumah nya, yaaa rumah-rumah panggung seperti itu.
Alhamdulillah, teman-teman tidak ada yang mengeluh dengan kondisi rumah yang terlampau sederhana, mungkin karena ga enak juga kali ya, kalau mau ngeluh, haha. Di luar dugaan mereka malah seneng, salah satu temenku malah bilang kalau rumahku model-model villa (fikirku, villa dari mana?), mereka cukup merasakan kehangatan di rumahku, gimana suasana nya ga hangat coba, rumah kecil yang dihuni oleh pasutri yang memiliki 4 orang anak ditambang 4 orang tamu, belum lagi kelakuan adek-adek ku yang mencoba mencari perhatian dengan ulah-ulah mereka (namanya juga anak-anak). Intinya aku melihat mereka nyaman dan malam itu Kami tidur dengan lelap.
Keesokan harinya kami berniat untuk liburan ke Taman Bunga Nusantara, setelah bertanya rute dan Jalan sama temen yang sudah pernah pergi ke sana, akhirnya kamipun berangkat. Tidak terasa kami tiba di Taman Bunga Nusantara dan langsung membeli tiket untuk masuk ke dalamnya.
Subhanallah, Waw,, Amazing, luar biasa, mata kami disuguhi pemandangan bunga-bunga yang ditata dengan rapi membentuk pola-pola yang ada, sejauh mata memandang semuanya hijau dan dipenuhi dengan warna warni bunga-bunga. Kami langsung menjajal wahana-wahana yang ada, mulai dari green house, taman tipe Jepang, Taman tipe Mediteranian, Taman tipe Bali, Taman tipe Amerika, taman tipe Perancis, taman mawar, Taman dahlia, Labirin, dan lain-lain kami masuki satu-satu. Pokoknya puas banget.
Ada pengalaman unik disana, jadi setelah kami keluar dari Green House, kami menemui banyak sekali turis-turis asal Timur Tengah, kami coba mendekat dan bertanya dengan kemampuan Bahasa Inggris yang pas-pasan banget, eh taunya mereka justru sama sekali tidak faham dengan bahasa Inggris, usaha kami pun sia-sia. Pengalaman lainnya, kalau biasanya kita orang Indonesia yang meminta foto bersama dengan turis asing, di sana kami justru diminta untuk foto bersama dengan mereka, haha berasa jadi artis, dimintain foto.
Beberapa kali kami berteduh di musola setempat karena hujan datang, setelah hujan, tiba-tiba diselimuti kabut tebal dan hujan lagi (seingatku memang waktu itu musim hujan). Karena ga mau ribet, alhasil kami menggunakan jas hujan yang sudah kami persiapkan sebelumnya, kalau yang lain jalan-jalan dengan menggunakan payung, kami jalan-jalan dengan menggunakan jas hujan. Kami tidak sadar bahwa itu adalah Cianjur, yang kami rasakan ialah, di Yogya kami sering menggunakan jas hujan sebagai ganti payung. Tapi di Cianjur itu adalah hal yang sedikit tabu untuk dilakukan, yang membuat ceritanya lebih parah, jas hujan yang kita pakai bukan jas hujan yang semestinya, tapi justru jas hujan untuk naik motor (di baca mantel). Aku ga kebayang betapa herannya orang-orang melihat kami (waktu itu posisinya di tengah-tengah taman tipe Perancis), tapi ya gimana lagi, waktu itu kami cuek-cuek aja dan asik dengan foto-foto, kebetulan berkat hujan mungkin ya? Hari itu sediki pengunjung yang datang, jadi kami rada leluasa buat foto-foto.

Bersambung……

ini foto-foto yang kami ambil....
yang satu ini, waktu tersangka ada di taman gaya Jepang (tersangka mau ditampilkan karena kecil dan jauh,, hahaha)

ini juga masih di taman gaya jepang

kalo yang ini, bapak-bapak baik hati yang sedang merapikan bunga-bunga

yang ini space paling aku suka, bagus kan?? bisa buat foto pasca wedding,, hahaha

yang ini tersangka dengan teman-teman ketika hujan dan menggunakan jas hujan, bukan payung, ini di taman gaya perancis

kalau yang ini di jam raksasa yang di kelilingi bunga-bunga

Share:  

“Liburan jilid 1”

Aku lupa, tepatnya itu liburan semester atau hari raya, yang jelas itu adalah liburan yang memberikan kesan mendalam,, hehe
Cerita mundurnya: suatu hari di kosan yang riuh ramai dengan mahasiswi-mahasiswi UNY, kami merencanakan suatu perjalanan liburan. Kota yang di tuju ialah kota kelahiranku (dibaca: Cianjur). Tanggal pun ditentukan, ada yang langsung menyanggupi, ada yang masih ragu, ada juga yang langsung menolak, dan memang ada-ada saja jawabannya.
Terlepas dari alasan-alasan itu semua, kami sepakat untuk menabung, ceritanya supaya kami tidak meminta uang sama orang tua karena liburan masih lama kira-kira 2 bulan lagi, cukup lah untuk membeli tiket bolak-balik (kami sudah mempersiapkan dan menghitung semua tek-tek bengeknya lohhhhh).
Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Tiba saatnya liburan yang sudah lama di tunggu, karena aku tuan rumah, aku berangkat (lebih tepatnya: pulang) duluan ke Cianjur dan mempersiapkan semuanya. Singkat cerita, hari keberangkatan teman-teman dari Yogyakarta ke Cianjur telah tiba. Mereka naik kereta ekonomi dari Yogya dan turun di stasiun padalarang Bandung.
Rencana pertama, aku menjemput mereka di stasiun Padalarang dan kita main-main ke Pasar Baru dan sekitarnya. Namun ternyata aku telat menjemput mereka dan mereka berangkat duluan ke Pasar Baru, alhasil kita janjian di Pasar Baru.
Dari Cianjur ke Bandung, aku berangkat sendirian untuk menjemput teman-teman, dan jujur saja ya, itu pengalaman pertama ku jalan-jalan ke Bandung SENDIRI.
Tiba di Pasar Baru, aku langsung mencari mereka, setelah cukup lama berputar-putar dan mencari akhirnya kami bertemu tepat di depan Pasar Baru. Senang dan tidak menyangka rasanya mereka bisa sampai sejauh ini dan nekat jalan-jalan dengan modal pas-pasan, tapi ya sudahlah.
Agenda berikutnya ialah putar-putar pasar baru, hari itu penuh sesak dan ramai. Kami cukup senang mengelilingi pasar baru walaupun tidak membeli apa-apa dan hanya melihat-lihat, tapi setidaknya kan kami punya pengalaman pergi ke pasar baru.
Setelah cukup puas berkeliling di pasar baru, kami memutuskan untuk pergi ke mesjid raya  kota Bandung. Karena dekat dari pasar baru akhirnya kami berjakan kaki sambil menikmati teriknya kota Bandung. Kami begitu antusias ketika melihat marga jalan bertuliskan “Jln, Asia Afrika”, of course karena jalan itu bersejarah banget  gitu loh, tanpa aba-aba kita langsung foto-foto di sana, rada udik memang, karena kami diliatin oleh orang-orang yang lalu lalang di jalan tersebut, tapi kami serempak berfikir “emang gue pikirin” heheh
Tiba di mesjid raya kota Bandung kami cukup diherankan dengan halamannya yang penuh dengan penjajak barang-barang jualan, usut punya usut memang kalau hari libur halaman mesjid dipenuhi oleh para pedagang.

Tapi tidak apa-apa, kami cukup menikmati hari itu. Puas berkeliling di mesjid raya, kami memutuskan pulang…….

Bersambung…

beberapa foto yang berhasil kami abadikan, tapi maaf,, tersangka tidak mau di tampilkan,, hahaha




Share:  

“Kok malah Belok di Sana”

Jam 06.00 kalau tidak salah, saya berangkat mengantar adek sekolah. Kami cukup menikmati jalanan ringroad (bagian selatan kota Yogyakarta) yang ramai dengan orang-orang yang mau berangkat kerja, kuliah atau sama seperti ku, mengantar adek atau anaknya sekolah.
Dari arah Bantul, 4 lampu merah (di baca bangjo) harus kami lewati untuk sampai ke sekolah ade ku. Tepatnya di bangjo ke tiga (daerah Blok O), ketika kami sedang menunggu lampu merah ada seorang pria yang nyalip dari belakang bertanya padaku, mungkin cuplikan pembicaraannya seperti ini:
Mas: mba, Boyolali dimana ya??
Saya: (sedikit berfikir) Boyolali masih jauh mas (nyeletuk)
Mas: ia, maksudnya ke arah mana??
Saya: (ooooo menemukan jawaban),, Boyolali tuh deket Solo kan? nanti ke kanan mas, (aku menjawab sambil melihat jalan Flayover Janti yang sudah kelihatan yang nantinya kalau belok kanan bakalan langsung tersambung ke jalan Solo dan akan mengantarkan masnya ke kota Boyolali, “bayangan ku” si mas-mas nanti belok disana)
Mas: o makasih ya mba
Saya: sama-sama

6,5,4,3,2,1 lampu hijau… gooooooooooooo,, aku pergi mendahului masnya yang tadi nanya arah Boyolali, waktu aku lirik dia di Spion, ternyata eh ternyata dia belok kanan di bangjo tersebut.. duaaaaaar rasa bersalah langsung menyelimuti. Difikirku (maksudnya bukan belok kanan di sana tapi di janti) 
Share:  

“Aku Ikut Menggotongnya di Akhir Hayatnya”

Saat itu aku masih kelas 5 SD, masih jelas dalam benakku, aku dibangunkan dengan tergesa-gesa oleh ibuku yang sedang hamil tua adik ke-3 ku, aku lupa ibuku bilang apa, yang jelas beliau meminta tolong untuk memindahkan neneku yang terjatuh.
Saat itu tidak ada laki-laki di rumah, paman dan ayahku mereka pergi ke mesjid untuk menunaikan solat shubuh, sedang dirumah tersisa aku, ibuku yang sedang hamil tua, dan tanteku yang baru memiliki bayi.
Kami bertiga menggotong Ummy yang tergeletak di lantai untuk dipindahkan ke atas ranjang. Tidak ada isyarat, atau pertanda, bahwa Ummy akan meninggal secepat itu. Anak-anaknya segera berkumpul, kami juga memanggil ustad di kampung kami untuk meyakinkan kalau Ummy sudah meninggal atau belum, ustad itu pun masih ragu dan menyuruh kami untuk menunggu anak tertua Ummy (alias pa’de ku atau Ua ku) yang kebetulan juga ustad di kampungku, tapi suasana sudah ramai dengan tangisan. anak dan cucu semua berkumpul untuk melihat kondisi Ummy. Ketika kepastian itu datang dan Ummy benar-benar dinyatakan telah meninggal suasana semakin ramai, para tetangga mulai berdatangan, mereka ikut menangis atas kepergian Ummy yang begitu mendadak.
Malamnya aku masih melihat Ummy sehat bugar sedang menjahit baju, malam itu, aku mengantarkan pisang goreng yang baru aku buat, “nuhun neng….” Kalimat terakhir Ummy kepada ku artinya “terimakasih neng” sambil menoleh ke arahku dan memberikan senyum terakhirnya.
Senada denganku, bibi ku juga bertemu dengan nenek ku selepas beliau keluar dari kamar mandi di ¾ malam, mungikin habis wudlu, karena seingatku, Ummy tidak pernah melewatkan solat tahajud.
Dari posisi Ummy jatuh, idak ada yang aneh dan Ummy juga tidak memiliki luka bekas ia terjatuh, sajadah yang biasa ia gunakan untuk solat masih tergelar dengan rapi, Ummy pun masih menggunakan sandal yang biasa beliau gunakan untuk berwudhu (bibiku bilang, Ummy memang selalu mengambil air wudhu lagi jika sudah terdengar adzan magrib), kami berfikir bahwa mungkin memang itu jalan yang sudah Allah buat untuk Ummy.
Ummy dikenal sebagai wanita kuat dan tegar, sebagai single parents, beliau membesarkan 9 putra dan putrinya dengan kuat dan penuh kesabaran. Beliau juga sering memimpin pengajian ibu-ibu di kampungku, beliau juga begitu dihormati, mungkin karena dianggap sesepuh, perangainya begitu lembut, namun beliau juga tegas. Beliau sering mengingatkan kami (cucu-cucu nya) untuk tidak meninggalkan solat,
Aku ingat betul, ketika Ummy diundang untuk memimpin pengajian 7 bulanan tetanggaku, aku diajak olehnya, ketika aku pulang aku membawa satu dus makanan dan itu rasanya seneeeeeng banget. Aku juga ingat, ketika kami (cucu-cucu) sedang bermain di halaman rumah, dan adzan dhuhur atau asar telah berkumandang, beliau tidak lupa untuk mengingatkan kami solat sebelum melanjutkan permainan kami lagi.

Aku kangen Ummy…. Semoga Ummy diberikan tempat terbaik di sisi Allah dan dikumpulkan bersama orang-orang soleh. amiin
Share:  

“De Akram Tidur”

Suara adzan magrib menggema di kampung ku, lantas aku bergegas mengambil air wudlu dan solat magrib. Selepas solat magrib, bibiku memanggil untuk menitipkan anaknya (de Akram)yang baru berusia 2 minggu karena bibiku mau solat (intinya gantian nungguin dede Akram).
Aku bergegas ke kamar bibiku (kebetulan disamping kamarku) dan menggendong dede Akram, ku bawa dia ke kamarku. Seperti biasa, selepas solat magrib aku biasa baca Al-quran (walaupun sedikit), sambil duduk aku coba untuk membuatnya nyaman dan aku bisa membaca Qur’an, tapi ternyata dia tetep ga nyaman dan memaksa aku buat berdiri dan mengayun-ayun dia.

Tanpa terasa aku melangkah ke kanan ke kiri ke kanan lagi ke kiri lagi sambil menggendong dede Akram di tangan kiri dan Al-Qur’an di tangan kanan ku, 2 halaman sudah, aku focus membaca Al-qur’an dan waktu aku lirik si kecil, ternyata dia sudah terlelap tidur… subhanallah dia menjadi tenang setelah dibacakan Al-Quran…
Share:  

Selasa, 03 Desember 2013

“Pesawat Mulia”

Tanggal 30 November kemarin, barusaja aku menyambut seseorang yang baru landing di muka bumi ini, sosoknya yang begitu kecil, mungil, bersih dan tentunya suci cukup membuat gemetar ketika pertama kali melihatnya.
Perjalanannya penjang sekali, sampai-sampai dia butuh waktu selama 9 bulan untuk bisa landing dengan selamat di tempat yang ia tuju bernama “bumi”.  Ada lagi yang juga keren, yaitu pilot yang bertanggung jawab membawa penumpang tersebut sampai akhirnya bisa landing dengan sempurna ditempat yang ia tuju.
Aku jadi berfikir, suatu saat nanti, jika Allah Subhanahuwata’ala memberikan umur yang panjang dan mengalami masa itu. Aku akan menjadi seorang pilot yang akan membawa satu penumpang mulia titipan Allah subhanahuwata’ala, jujur masih belum kebayang rasanya kaya gimana. yang ada di fikiranku, proses me-landing-kan nya itu mesti sakiiiit banget, tapi justru hal itu yang membuat pilot (di baca:perempuan) satu ini memiliki kedudukan yang mulia di sisi Allah.
Mungkin PR nya sekarang ini ialah membuat pesawat itu menjadi pesawat terbaik, jadi ketika ada penumpangnya, dia akan nyaman dalam masa perjalanannya. Trus gimana cara membuat pesawat terbaik, yaaa gampang saja, jaga pola makan, pola tidur, perhatikan semua hal yang bisa membuat pesawat tersebut dalam keadaan yang baik dan sehat.
Semua wanita memiliki pesawat yang setiap penumpangnya memiliki missi khusus, yakni untuk beribadah kepada Allah subhanahuwata’ala, menjadi pemimpin di tempat yang akan dia tuju dan tentunya mengagungkan asma Allah di muka bumi.
Wallahualam

Semoga menginspirasi :)
Share:  

“Perempuan”

Tulisan ini muncul karena ketidakfahaman saya dengan pengertian “Emansipasi wanita” dewasa ini. Banyak sekali wanita karier diluar sana, mengatasnamakan emansipasi lantas mereka mengabaikan kewajiban mereka terhadap suami dan putra pitri mereka, yo.o kalau perempuannya lajang ya, ga ada kewajiban tersebut, yang menjadi titik masalah disini yaitu perempuan-perempuan yang sudah berkeluarga.
Sebelum kita bahas tentang wanita, kita loncat ke masalah lain yang juga berkesinambungan dengan peranan perempuan. Ada selogan “Pemuda Saat ini Ialah Pemimpin di Masa Depan”, yang menjadi pertanyaan saya, pemuda seperti apakah yang layak dan patut dijadikan seorang pemimpin kelak. Tentunya para pemuda yang memiliki karakter kuat dan tangguh, juga memiliki basic agama yang baik (menurut saya). Jika kita sambungkan dengan permasalahan pertama. Bagaimana seorang pemuda memiliki karakter kuat dan tangguh serta basic agama yang baik, jika  yang seharusnya mengajarkan itu (Ibu) terlampau sibuk dengan karier nya. Mengapa ibu?? Ya karena ibulah yang bertanggung jawab mendidik anak-anaknya, lalu ayah???. Ya.a.a.a seorang ayah juga berperan aktif dalam mendidik anak-anak, tapi yang paling dominan “seharusnya” ibu. Baik disadari maupun tidak, wanita memiliki tugas yang agung untuk bisa mendidik anak-anak mereka menjadi anak-anak yang memiliki karakter yang baik.
Kalau begitu, ”wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya balik ke dapur” anggapan ini sangat-sangat salah menurut saya. Menjadi seorang ibu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, justru menjadi seorang perempuan itu harus pintar dalam berbagai bidang supaya bisa mengajarkan apapun kepada anaknya. Walaupun sifat pengetahuannya tidak mendalam, minimal mengerti lah,, dasar-dasarnya.
Sekarang gini, kalau misalnya seorang ibu memiliki anak usia sekolah dasar, mereka biasanya bertanya pada ibunya untuk bisa mengisi jawaban dari pekerjaan rumah yang mereka bawa dari sekolah. Pun ketika mereka (anak-anak) telah beranjak dewasa, segala sesuatunya pasti dikonsultasikan dengan ibu bapaknya dulu.
Tapi, kalau sekarang di kembalikan lagi ke sikap dan pilihan ibu-ibu semua ataupun calon-calon ibu. Yang jelas, jangan menganggap remeh peran seorang ibu, dan pesan dari saya, untuk calon ibu ialah persiapkan diri kamu semua untuk bisa menjadi ibu terbaik untuk anak-anakmu,,,
Wallahualam

Terimakasih sudah mau membaca….
Share:  

“Persahabatan: modal 3000”

Hari itu, kita selesai kuliah siang hari, dan anehnya kita semua malas pulang ke kos masing-masing karena panas. Sialnya, hari itu kita serempak tidak punya uang (dibaca: bokek) tapi gejolak bermain kita sangat tinggi. Yang ada di fikiran kita waktu itu “bermain tapi tidak banyak mengeluarkan uang”. Hahaha tidak terasa sambil kita berfikir mencari solusi dan memenuhi hasrat bermain, kita melewati perpustakaan dan mulai masuk Fakultas Ilmu Keolahragaan, dan apa yang terjadi? kita melihat halte trasnjogja di depan gedung kuliah FIK.
Awalnya kita ga niat dan ga yakin puter-puter pakai transjogja, tapi karena niat kita besar, akhirnya kita semua membeli tiket transjogja. Dan yang harus di catat, ketika memulai perjalanan, kita semua tidak memiliki tujuan yang jelas. Kesepakatannya, bus trasnjogja yang pertama kali datang, itu yang kita naiki, dan ternyata yang pertama kali datang itu bus jalur 2A (kalau tidak salah). kita turun dari satu halte ke halte lain dengan menunjukan wajah sotoy (dibaca: So tau) seolah-olah kita tau arah, dari mulai daerah condong catur, prambanan, malioboro, kehutanan (bantul) sampai balik lagi ke kampus.
Modal 3000 perak, kita semua mempererat hubungan dan putar-putar Yogyakarta dengan murah meriah. Selain jalan-jalan tanpa modal, hal yang memalukan lain ketika perjalanan kita yaitu, kita dengan percaya diri nyanyi-nyanyi lagu yang sedang diputar di transjogja waktu itu (kalau tidak salah, pak supir memutar lagu D’masiv), penumpang lain terkesima melihat keudikan kita ber5 (saya, annisa, desmira, maria dan nova) hahaha tapi kita PD-PD aja tuh, mungkin karena kekuatan kebersamaan.
Itu perjalanan luar biasa kawan, dan aku fikir, aku ga bakalan mungkin ngelupain perjalanan singkat (3 jam) walaupun kita nanti bakalan pisah, dan cerita ini akan menjadi cerita yang menggelitik ketika kita mengingatnya ulang di hari yang akan datang.

Terimakasih sudah mau membaca :)
Share:  

Senin, 02 Desember 2013

Wanita dan Bela Diri

Menjadi seorang wanita memang rentan menjadi korban kekerasan atau pelecehan, anggapan bahwa wanita adalah makhluk yang lemah membuatnya menjadi sarang empuk untuk dijadikan korban kekerasan ataupun pelecehan. Banyak sekali kasus yang menjadikan wanita sebagai objek kekerasan, seperti: kebanyakan kasus kekerasan dalam rumah tangga atau yang tenar dengan nama KDRT, wanita lah yang menjadi korban bahkan yang lebih miris yaitu meningkatnya tindak perkosaan terhadap wanita.
Melihat dari permasalahan tersebut, sebagai seorang wanita perlu rasanya memiliki kemampuan dasar bela diri untuk menjaga dirinya pada situasi terdesak. Sekarang ini masih sedikit sekali wanita yang mengetahui pentingnya kemampuan bela diri.
Silat sebagai salah satu ilmu bela diri asli Indonesia dipandang sebelah mata karena image nya yang kampungan dan udik padahal di dalam ilmu bela diri silat juga dipelajari tehnik-tehnik dasar untuk perlawanan diri. Banyak orang lebih membanggakan ilmu bela diri dari luar, seperti: taekwondo, karate, judo  dan lain sebagainya.

Dengan belajar ilmu beladiri (Silat), secara tidak langsung wanita sudah mengembangkan kebudayaan asli Indonesia, belajar cara perlawanan diri pada saat situasi terdesak juga mengurangi resiko menjadi korban kekerasan. Wallahualam
Share:  

Peran Mahasiswa Ideal Menuju Perubahan

Agent Of Change, istilah yang pasti diketahui maknaya oleh setiap orang yang bertitel mahasiswa. Pemberian istilah tersebut bukan tanpa alasan. Karena mahasiswalah yang oleh masyarakat dianggap sebagai sosok yang mampu merubah keadaan.
Ada anekdot, “mahasiswa takut kepada dosen, dosen takut kepada rektor, rektor takut kepada presiden dan presiden takut pada Mahasiswa”. Ketika mendengarnya mungkin terdengar lucu, namun itulah yang terjadi seperti kejadian 28 Mei 1998 dimana mahasiswa pada saat itu mampu meruntuhkan pemerintahan yang otoriter dan melakukan revolusi.
Mengingat keadaan bangsa dewasa ini yang sangat memprihatinkan, sudah seharusnya mahasiswa memantaskan diri sebagai agen perubahan dalam masyarakat. Sebagai agen perubahan bangsa, berikut merupakan ciri-ciri mahasiswa yang ideal.
Mahasiswa yang ideal haruslah menyelaraskan antara apa yang ia sampaikan dengan apa yang ia lakukan, tidak berlawanan. Melakukan tindakan nyata yang merupakan tindak lanjut dari diskusi-diskusi kritis yang sering mahasiswa adakan, tidak hanya diskusi panjang lebar membahas permasalahan yang ada, namun tidak ada tindak lanjutnya. Karena dengan hanya diskusi tidak akan menyelesaikan masalah yang ada. Selain itu, mahasiswa yang ideal bukan hanya mahasiswa yang terlalu aktif dalam organisasi sehingga kewajibannya terlupakan. Mahasiswa ideal haruslah mampu menyeimbangkan antara kewajiban dan haknya. Yang terpenting ialah, mahasiswa ideal memiliki IQ, EQ dan SQ yang baik dan mahasiswa yang ideal ialah mahasiswa yang keberadaannya sangat dirasakan  kebermanfaatannya dan mampu mengaplikasikan ilmu nya di masyarakat.

Sebagai agen perubahan, para mahasiswa bisa memulai dari hal paling kecil. Seperti, dengan mempelajari dan mengerti dengan permasalahan yang ada di Indonesia. Sehingga mahasiswa tidak salah dalam mengambil tindakan. Selain itu, ikut berpartisipasi dalam organisasi-organisasi kemahasiswaan tentunya tanpa mengenyampingkan kewajibannya sebagai mahasiswa. Dari sini, mereka bisa mengenal lebih banyak orang dan memperluas pengetahuan. Selain memperluas pergaulan mahasiswa itu sendiri.

wallahualam bisshoab

Share:  

“Pasar Giwangan”

Rasanya Fresh banget ngeliat sederet sayuran yang berbagai macam, selain itu juga ada lauk seperti ayam, telur, tahu dan tempe. untuk ku, itu cukup menjadi hiburan dikala penat datang, mungkin karena faktor “perempuan” yang sejak lahir sudah aku bawa kemana-mana kali ya.a.a?.
Ceritanya gini, Waktu itu, tante (adenya mamah) ku, nyuruh pergi ke pasar sambil ngasih uang Rp 100.000. sebenernya cuman titip beberapa macem (Ayam 1Kg, kubis, toge, tahu, tempe, ikan pindang, sawi, pokcoy, sawi putih), haha banyak macem ding…!!, tapi setelah liat masih banyak sisa uang aku kalap dan langsung ngambil ini itu yang aku pikir sekiranya perlu. Ga ketinggalan beli papaya di pusat pasar buah yang kebeneran ada di sampingnya. Bayangin aja, gimana ga kalap, harga buah papaya kalau udah di toko buah itu 5000 sampe 6000/Kg, disana aku dapet 3000-4000/Kg, murah kan?
pasar giwangan itu pokoknya keren banget, dan kumplit banget, menyediakan semua jenis sayuran dan buah-buahan yang kita perlu. Di satu sisi aku mikir, alangkah baiknya Allah Subhanhuwata’ala, yang udah ngasih kita nikmat yang melimpah berupa sayuran dan buah-buahan yang buaaaaanyak banget jenisnya, ga percaya? Nih aku sebutin sebagian: sawi, kangkung, kubis, wortel, pokcoy, jagung, brokoli, bunga kol, bayam, kacang panjang, buncis, terong (ada tiga macem, yang bulet kecil warna hijau, terong ungu, terong hijau), sawi putih, mentimun, jagung, daun bawang, daun seledri, cabe, tomat, daun selada, itu baru sebagian aja yang aku liat di pasar giwangan, banyak kan? Belum lagi buah nya…
baru masuk pasar buah, aroma yang pertama kali aku cium itu aroma buah mangga aromanis (mungkin efek musim mangga kali ya?? Entah lah), trus disampingnya ada berkwintal-kwintal jeruk peras, ada semangka, melon, nanas, salak, papaya, pisang, alpukat, jambu, manggis, dan buah buah yang lain, sejauh mata memandang semuanya buah dan kuli gendong sama tukang julannya pastinya. O iya, pasar ini pernah di pake buat syuting reality show dari Korea juga loh, aku lupa judulnya, tapi acaranya seru.
Ga bakalan nyesel deh belanja sayuran di pasar giwangan, tanpa disadari kita sudah membantu petani lokal tau,,?? Selain itu harganya lebih miring dan kualitasnya bagus dibanding beli di supermarket yang gede ama pajaknya. Asli ga bakalan nyesel. Selain itu, keuntungan kamu belanja di pasar yaitu melatih kemampuan interaksi sosial kamu, masih belum ngerti ya?? Gini tak jelasin.
Kalau kamu belanja di supermarket, harga-harga barang yang bakalan kamu beli semua sudah tercantum dan kamu tinggal ambil sesuai apa yang kamu butuhkan, dihitung di kasir terus pulang….. kayanya tanpa kamu ngomong satu kata pun kamu udah bisa dapet barang yang kamu mau, itu artinya apa? Secara tidak langsung kamu tuh individualis tau,,, beda halnya kalau kamu belanja di pasar..
Dalam konteks ini pasarnya bebas, ga hanya pasar giwangan yang penting pasar tradisional, disana ada interaksi antara penjual dengan pembeli, terus nantinya ada tawar menawar sampai akhirnya ada kesepakatan dan kita siap beli, yaaa walaupun kamu ga bisa nawar atau males nawar, seengganya kamu nanya harga barang yang bakalan kamu beli toh?? Nah, kamu sadar ga? Dengan adanya proses bertanya, menawar, sampai adanya kesepakatan kamu melatih kemampuan “bernegosiasi”. Keren banget kan?? Jangan salah, kaya gitu juga namanya bernegosiasi (membuat kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak), yaaa walaupun dalam lingkup kecil. Tapi dimana-mana untuk memulai sesuatu yang besar, harus diawali dari sesuatu yang kecil dulu,, iya ga sih..??
Hidup di dunia yang sudah mengenal kata “globalisasi” dan “modernitas” di berbagai aspek kehidupan, kita ga boleh jadi orang yang lupa ama kulit, sebelum adanya swalayan sama supermarket, system pasar tradisional udah jauh lebih lama dikenal masyarakat. Jadi ayo belanja ke pasar tradisional. Ke supermarket,,?? Boleh lah, tapi jangan keseringan, mending ke pasar tradisional yang jelas-jelas, kita bantu petani lokal, pedagang lokal dan pastinya kamu mencintai produk lokal.
Udahan dulu kali yaaa, cerita tentang pasar giwangannya, yaaa, walaupun merembet kesana kemari tapi semoga ada manfaatnya dan bisa nambah pengetahuan kamu semua..

Makasih udah mau baca… 
Share:  

“Belajar Nulis”


Aku pernah nanya di suatu forum jurnalistik tentang “bagaimana caranya amengawali menulis” trus pembicaranya jawab “ya tulis”, aku menimpal lagi “tapi susah mas, kadang-kadang kita buntu dan ga tau manu nulis apa, tapi kita pengen nulis. Atau yang lebih sering, kita udah punya konsep, lagi-lagi kita ga bisa bikin permulaannya”, trus pembicara menjawab dengan jawaban yang sama “yaaa pokoknya di tulis” jawabnya. Jujur ya, waktu itu rasanya kesel, soalnya berasa bahwa pertanyaan yang kita ajukan tidak mendapat jawaban yang memuaskan.
Tapi aku baru sadar sekarang (aku piker udah aga telat) memang bener, apappun yang bakalan kita tulis untuk mengawalinya ya tulis aja, apa yang ada di otak kamu ya tulis langsung. Jangan sampai kamu nyesel karena kamu kehilangan ide emas kamu karena lupa gara-gara kamu terlalu focus untuk membuat permulaan tulisan kamu.
Kaya pengalaman ku sekarang, malam ini, hari ini aku lagi pengen banget nulis. Emang, ini bukan tulisan yang berbobot tapi karena aku pengen nulis ya.a.a aku nulis, ga peduli dengan apa yang aku tulis, aku hanya menulis apa yang aku rasa dan aku fikirkan, kaya sekarang aku lagi inget sama kejadian Tanya jawab ku itu dengan seorang penulis handal dari fakultasku (menurutku) yaaa aku tulis.
Sekarang aku baru sadar bahwasanya menulis itu bukanlah kegiatan yang sulit. Kemu bebas mengekspresikannya semaumu di kertas putih. Perkara kualitas, menurutku itu akan mengikuti seiring jalan, semakin banyak kita menulis dan membaca maka semakin berkualitas tulisan kita (tapi yaaa tergantung tema dan konteksnya juga). Nah sekarang kalian tau kan kualitas ku seperti apa?? Ya.a.a memang baru seperti ini, baru sebatas menuliskan pengalaman yang pernah aku lalui dan lewati, tapi aku tetap berusaha menulis.
Fikiranku sebenarnya sederhana aja, aku berfikir kalau suatu hari aku jadi orang terkenal atau berpengaruh, dan kamudian aku meninggal. Setidaknya aku meninggalkan catatan-catatan ku untuk semuanya. Dan itu menguatkanku dalam possi sejarah, (mungkin, aku pun tak yakin). Intinya kalau suatu saat nanti ada yang mau meneliti tentang aku, mereka pasti bakalan baca tulisan ini, dan tulisan ini bisa menjadi sumber Primer (di tulis langsung oleh orang bersejarahnya), pasti keren kan,, hehe. Silahkan temen-temen bisa bebas membuat alasan apapun yang kamu suka, asalkan jangan menyimpang.
Udah dulu ya, tentang tulisan ini. Ayo menulis…!!
Terima kasih udah mau baca….

Share: