Minggu, 15 Desember 2013

“Aku Ikut Menggotongnya di Akhir Hayatnya”

Saat itu aku masih kelas 5 SD, masih jelas dalam benakku, aku dibangunkan dengan tergesa-gesa oleh ibuku yang sedang hamil tua adik ke-3 ku, aku lupa ibuku bilang apa, yang jelas beliau meminta tolong untuk memindahkan neneku yang terjatuh.
Saat itu tidak ada laki-laki di rumah, paman dan ayahku mereka pergi ke mesjid untuk menunaikan solat shubuh, sedang dirumah tersisa aku, ibuku yang sedang hamil tua, dan tanteku yang baru memiliki bayi.
Kami bertiga menggotong Ummy yang tergeletak di lantai untuk dipindahkan ke atas ranjang. Tidak ada isyarat, atau pertanda, bahwa Ummy akan meninggal secepat itu. Anak-anaknya segera berkumpul, kami juga memanggil ustad di kampung kami untuk meyakinkan kalau Ummy sudah meninggal atau belum, ustad itu pun masih ragu dan menyuruh kami untuk menunggu anak tertua Ummy (alias pa’de ku atau Ua ku) yang kebetulan juga ustad di kampungku, tapi suasana sudah ramai dengan tangisan. anak dan cucu semua berkumpul untuk melihat kondisi Ummy. Ketika kepastian itu datang dan Ummy benar-benar dinyatakan telah meninggal suasana semakin ramai, para tetangga mulai berdatangan, mereka ikut menangis atas kepergian Ummy yang begitu mendadak.
Malamnya aku masih melihat Ummy sehat bugar sedang menjahit baju, malam itu, aku mengantarkan pisang goreng yang baru aku buat, “nuhun neng….” Kalimat terakhir Ummy kepada ku artinya “terimakasih neng” sambil menoleh ke arahku dan memberikan senyum terakhirnya.
Senada denganku, bibi ku juga bertemu dengan nenek ku selepas beliau keluar dari kamar mandi di ¾ malam, mungikin habis wudlu, karena seingatku, Ummy tidak pernah melewatkan solat tahajud.
Dari posisi Ummy jatuh, idak ada yang aneh dan Ummy juga tidak memiliki luka bekas ia terjatuh, sajadah yang biasa ia gunakan untuk solat masih tergelar dengan rapi, Ummy pun masih menggunakan sandal yang biasa beliau gunakan untuk berwudhu (bibiku bilang, Ummy memang selalu mengambil air wudhu lagi jika sudah terdengar adzan magrib), kami berfikir bahwa mungkin memang itu jalan yang sudah Allah buat untuk Ummy.
Ummy dikenal sebagai wanita kuat dan tegar, sebagai single parents, beliau membesarkan 9 putra dan putrinya dengan kuat dan penuh kesabaran. Beliau juga sering memimpin pengajian ibu-ibu di kampungku, beliau juga begitu dihormati, mungkin karena dianggap sesepuh, perangainya begitu lembut, namun beliau juga tegas. Beliau sering mengingatkan kami (cucu-cucu nya) untuk tidak meninggalkan solat,
Aku ingat betul, ketika Ummy diundang untuk memimpin pengajian 7 bulanan tetanggaku, aku diajak olehnya, ketika aku pulang aku membawa satu dus makanan dan itu rasanya seneeeeeng banget. Aku juga ingat, ketika kami (cucu-cucu) sedang bermain di halaman rumah, dan adzan dhuhur atau asar telah berkumandang, beliau tidak lupa untuk mengingatkan kami solat sebelum melanjutkan permainan kami lagi.

Aku kangen Ummy…. Semoga Ummy diberikan tempat terbaik di sisi Allah dan dikumpulkan bersama orang-orang soleh. amiin
Share:  

0 komentar:

Posting Komentar