Selasa, 08 Juli 2014

Hari Ke-5 PPL

Hari ke-5 aku mulai pukul 08.00, dan langsung duduk di bangku informasi dan pengembalian blangko. Jadi ceritanya, siswa yang lolos masuk SMA N 1 Imogiri diwajibkan mengisi berkas-berkas data yang dibutuhkan oleh sekolah.
Selain itu hari itu juga ada acara rapat pleno orang tua dan wali murid dengan pihak sekolah, aku ga tau hasil rapatnya tapi yang jelas hari itu aku lumayan disibukkan dengan mengecek ulang berkas-berkas yang dikembalikan murid baru, takutnya ada data penting yang belum mereka isi.
Oh iya, hari itu aku juga jadi fotografer dadakan hehehe, ceritanya sih cuman fotoin beberapa orang untuk fas foto, eh taunya temen-temen yang lain juga minta di foto, jadilah aku fotografer gadungan yang sok-sok an ahli menggunakan kamera. Tapi hari itu cukup menyenangkan.

Kita pulang jam 13.00, dan hari itu aku sempetin pulang ke rumah untuk bawa baju, sempet ketemu om, tante dan sepupu2, tapi aku ga ketemu akram, akram lagi tidur saat itu, tapi ya sudahlah, kapan-kapan aku pulang lagi… J
Share:  

Hari Ke-4 PPL

04-08-2014, agenda hari itu ialah pegistrasi atau daftar ulang peserta didik yang lolos masuk di SMAN 1 Imogiri, sebenarnya ada dua agenda yang beriringan dan akhirnya kita di bagi ke dalam beberapa kelompok.
Keputusan akhir, aku masuk kelompok yang diwajibkan mengikuti seminar Uji Validasi kurikulum SMA N 1 Imogiri tahun ajaran 2014/2015, yang diadakan di sekolah tersebut pada hari itu, sejujurnya sangat membosankan, heheh karena kita hanya diam dan mendengarkan bapak-bapak dan ibu-ibu yang memaparkan penjelasan mereka yang itu semua kurang aku fahami. Jujur hari itu aku ngantuk banget dan sangat tidak nyaman, karena udara yang panas di tambah tidak ada pendingin ruangan.

Dari jam 08.00 sampai jam 11.00 kita hanya diam di sudut ruangan yang panas dan sedikit faham tentang pemaparan,, hehe aku sedikit menyesal dengan hari itu,, maaf
Share:  

Hari Ke-3 PPL

PPL hari ketiga, aku masih membantu sekolah untuk PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). Masih sama seperti hari pertama dan kedua, kita menunggu calon peserta didik baru yang mendaftar. Tapi ada yang berbeda, jika hari pertama dan kedua aku menghabiskan waktu untuk menunggu adek-adek yang mengisi form pendaftaran, hari itu aku diam di meja informasi dan pemberian nomer untuk adek-adeknya nanti daftar ulang.
Agak canggung sih, tapi yaaa setelah 30 menit berlalu Alhamdulillah lancar. Satu hal yang unik, system penerimaannya itu dengan online dan sebagai petokannya ialah nem peserta didik, kuota tempat PPL ku 179 Peserta didik baru (kalau tidak salah), ketika ada pendaftar baru dengan nem lebih tinggi maka nem terendah akan tercoret dan diterima di sekolah pilihan keduanya (itupun jika nem di pilihan kedua memungkinnya masuk), nilai nem terendah setiap waktunya bisa naik, dan terakhir nem terendahnya 26,00.
Aku dapat melihat anak-anak dengan nem di atas 26,00 tampak wajah sumbringah dan senang karena harapannya bersekolah di SMA N 1 Imogiri bisa terwujud, namun yang lainnya, anak-anak dengan nem di bawah itu langsung mencabut pendaftarannya dan mendaftarkan diri di sekolah lain.
Menurutku cukup memusingkan system seperti ini, apalagi kalau mereka salah mengurutkan sekolah pilihan mereka, bisa-bisa mereka tidak diterima di semua sekolah yang mereka pilih. Dan hal itu terjadi, apa mau dikata, mau tidak mau mereka harus mendaftar di sekolah swasta atau di sekolah yang berbeda rayon.
Hari itu juga aku melihat kecemasan orang tua yang nem anaknya hampir jatuh ke jurang (paling bawah), mereka berharap tidak ada lagi yang daftar, namun ketika ada yang mendaftar dan nemnya lebih tinggi maka dengan sangat menyesal anak dengan nem terendah pun dapat tersingkir.
Yogyakarta yang dikenal dengan system pendidikan yang jujur menjadi alasan mengapa system penerimaan peserta didik baru hanya mengandalkan nilai nem siswa untuk masuk sekolah menengah atas, namun pendapat saya kok mengatakan yang berlainan??
Nem bukanlah patokan seorang siswa cerdas atau tidak, buktinya kemarin ketika menemani seorang adik mengisi form pendaftaran, saya melihat nilai matematikanya 9,75 hampir sempurna. Namun apa yang adik itu katakana “aku juga ga nyangka mba dapat nilai segitu, wong aku aja mumet dan ngasal ngisinya”. Itu artinya nilai yang dia peroleh bukanlah hasilnya sendiri, melainkan ada factor keberuntungan di dalamnya. Saya khawatir, ini pun terjadi kepada anak-anak lain, selain factor menyontek dan lain sebagainya.
Usulnya sih mending diadakan seperti tes wawancara atau ada semacam ujian tulis, sehingga kualitas dari siswa tersebut benar-benar bisa dipertanggung jawabkan oleh guru dan jauh lebih terukur. Memang ada kekurangannya juga, kalau teman saya bilang, dengan cara konvensional tersebut setidaknya peluang nepotisme akan ada dan tidak praktis serta membutuhkan banyak waktu, sedangkan dengan system online seperti ini, lebih transparan dan praktis.
Entahlan mana yang terbaik, itu tadi hanya pendapatku saja. Yaa semoga dengan cara apapun penerimaan siswa barunya, saya berharap semua anak Indonesia dapat menikmati bangku sekolah dengan merata, adil dan layak tentunya.


Share:  

Rabu, 02 Juli 2014

Hari ke-2 PPL

Hari ini aku berangkat paling pagi, dari 17 anggota kelompok aku datang pertama. Janjiannya sih jam 07.00 tapi pas kesini masih sepi aja, belum ada siapa-siapa selain petugas kebersihan dan satu orang yang membuat ku salut pagi hari yaitu pak Kepsek. Subhanallah, beliau orang baik beneran deh ketika karyawan dan guru-guru yang lain belum datang beliau datang pertama. Aku sempet kaget, ketika bertemu beliau. Beliau bertanya, mana teman-teman yang lain sambil senyum, dan aku menjawabnya pun sambil senyum “belum datang pak J”. Beliau tampaknya bukan orang yang banyak berkata-kata namun langsung aksi nyata, dengan memberikan contoh dan teladan untuk bawahan-bawahannya, hari ini kau mendapat pelajaran berharga dari pak kepsek (belum tau namanya) hehe.
Sekarang di jamku jam 07.50 temen-temen PPL baru 2 orang yang datang, yaitu Hasan teman satu jurusan ku, aku masih menunggu kedatangan temen-temen yang lain diiringi iringan music mellow, hehe Dan agendanya hari ini masih membantu proses seleksi penerimaan siswa baru di SMA N 1 Imogiri.
Hari itu aku bantu di pengisian formulir adek-adek calon siswa baru. Harus kuakui hari itu sangat membosankan, hehehe, karena kerjanya hanya menunggu, pas ada calon siswa baru, kita baru melayani itu pun gantian sama yang lain jadi lebih banyak menunggunya.

Tapi syukurlah hari itu berjalan lancer, masih ada berbanyak hari lagi ke depan yang harus dijalani, semoga lancer dan diberikan kemudahan serta kemampuan untuk menghadapi setiap permasalahan yang ada, amiin J
Share:  

Hari Ke-1 PPL

Setelah resmi di ”Lepas” dengan upacara pelepasan di GOR univ, kemarin selasa 1 Juli 2014, aku langsung bergegas ke kampus. Ada sedikit cerita alay, hari itu aku baru menyadari bahwa di hari itu, aku resmi berpisah dengan 7 teman terbaikku, hiks sedih… aku kirim sms singkat ke mereka, dan ketika membaca sms balasan dari mereka air mata keluar gitu aja, menurutku itu alay, apalagi posisinya aku lagi mengendarai motor. Heheh tapi kalau sampe temen-temen ku baca tulisan ini, aku mesti malu semalu malunya.
Setibanya di sekolah aku bergegas, bantu-bantu panitia penerimaan siswa baru melayani orang tua atau wali dan adek-adek calon siswa baru mendaftar. Hari itu aku bantu di tempat pengisian formulir, ada beberapa anak yang kebingungan mengisi form pendaftaran, nah disanalah lading amal buatku hari itu, dimulai jam 11.00 dan diakiri jam 14.00 heheh mesti detail soalnya sekalian tak pake buat laporan harian PPL.
Abis dari sekolah aku sempetin belanja ke pasar (sebernya dah dipesenin ding), di pasar aku beli 1,5 kg ayam. Dan OMG harga ayam kaya anak baru belajar merangkak, harganya pun terus merangkak, kemarin terakhir beli harganya 32.000, weleh weleh. Buat ta’jilnya aku beli buah blewah sama melon kebetulan di rumah sudah ada semangka. Alhamdulillah hari itu berjalan lancer ada perasaan puas daaaaaannn susah diuangkapkan, ketika kita bisa bantu orang.

Semoga hari hari 2 bulan mendatang terus berjalan lancer dan dimudahkan Allah Subhanahu Wataala.
Share:  

Selasa, 01 Juli 2014

“Masa Terindah”

Rasanya itu baru kemarin, peristiwa-peristiwa indah yang senantiasa memberikan senyum simpul ketika aku mengingatnya.
Aku dibesarkan selama 5 tahun di sebuah kota yang bahkan sepi penduduk, di daerah yang mungkin tidak banyak orang ingin tinggal di sana. berlindung dari terik matahari dan dinginnya angin malam di sebuah rumah petak yang tebuat dari kayu yang di susun dengan rapi, yang senantiasa menjerit karena kerinduan yang teramat kepada sanak saudara. Sebagai anak tunggal saat itu, aku mendapatkan apapun yang ku mau. Ya, di sanalah, daerah transmigrasi yang bahkan tanahnyapun kering tak berair. Tidak banyak memang yang bisa ku ingat di sana, sedikit bayangan itu menunjukan bahwa aku menghabiskkan masa anak-anak ku di sana. Memiliki saudara yang di ikatkan hanya dengan iman, namun kami ber-3 hidup dengan harmonis dan saling mengisi, dan kusadari itu adalah masa terindah yang pernah ku miliki.
Menjadi seorang kakak yang memiliki 3 orang adik, tentu menjadi suatu hal yang menarik. Suka duka kami rasa bersama, selalu ada kebersamaan ketika duka dan keceriaan ketika suka. Semua kami lalui bersama, tumbuh kembang bersama, dan hidup bersama. yang akan abadi dan tidak akan terputus sampai kapanpun, lagi-lagi kusadari, saat-saat kebersamaan itu adalah salah satu masa terindah dalam hidupku, bahkan sampai detik ini.
Ketika aku SD, aku melewatinya dengan penuh keceriaan. Tumbuh dan berkembang bersama teman-teman sebaya, menghabiskan waktu dengan hanya bermain, dan rasanya hidup masih belum ada beban dan tanggung jawab. Tapi, itu merupakan fase terpenting yang bisa membentuk aku yang sekarang. Dan aku akui, itu adalah masa terindah dalam hidupku.
Ketika kelas satu MTS, aku masuk sekolah jam 13.00 kelas siang tepatnya. Aku harus menunggui dan mengasuh adik ku yang pada saat itu masih berusia 1 tahun, ketika ibuku harus mengajar dan ayahku harus mencari nafkah. Hikmahnya, mungkin tidak banyak anak yang bisa mengurus anak kecil ketika usianya pun terbilang masih kecil, dan aku bisa. Bahkan aku telah lihai mengurus anak kecil, ketika usiaku masih kecil. Dan ku kenang kini, itu adalah salah satu masa terindah dalam hidupku.
Menginjak SMK, aku semakin menemukan diriku. Mulai terbentuk karakterku. Menghabiskan masa-masa sekolahku dengan sahabat-sahabat yang bahkan sampai saat ini setia menjadi sahabatku. Mengerjakan praktikum di laboratorium adalah hal yang paling mengasyikkan sekaligus menegangkan. Meski susah, kami lewati itu semua. dan benar kata orang, masa SMK adalah masa yang menyenangkan dan menjadi masa terindah dalam hidupku.

Dan saat ini, aku menuntut ilmu, jauh dari orang tua, jauh dari sanak saudara. Namun kutemukan keluarga baru, yang senantiasa memberikan cinta dan kasihnya, kapanpun aku membutuhkannya. Belajar, diskusi, bermain, mencari inspirasi, berbagi canda tawa dengan teman-teman. Aku senang dan aku sangat bersyukur aku bisa sampai pada titik ini. Semua masa yang pernah ku lalui, kujadikan sebagai kenangan terindah, dan kufikir tidak ada satupun masa buruk dalam hidupku, semua adalah masa terindah dalam hidupku.
Share:  

Selasa, 17 Juni 2014

“Jangan Melihat Sesuatu dari Luarnya Saja”

Untuk kesekian kalinya aku di buat kagum oleh orang-orang Yogyakarta. Sekaligus aku merasa malu dengan sikap ku yang ceroboh dan melihat seseorang dari tampilan luarnya saja.
Pengalaman pertama. Suatu saat aku pergi ke Shaping (komplek toko-toko buku murah di Yogyakarta, belakang Taman pintar). Aku pergi kesana dengan mengendarai sepeda motor, aku lupa tepatnya bagaimana, yang jelas di jalan aku sambil sms an (jangan ditiru), supaya gampang sms an nya, aku simpan HP ku di tempat di bawah stang, yang bisa motor pasti ngerti laaahh,, aku pake motor metik.
Aku jalaaaaann,, sesampainya di Shaping, aku lupa masih menyimpan HP itu di tempat kecil tersebut, dan aku dengan entengnya meninggalkan HP ku setelah aku memparkir motor.
Aku mulai menjelajah setiap jajaran pertokoan, sampai aku sadari HP ku tidak ada di saku baju ku, dan yang pasti seketika aku panic dan langsung ingat kalau HP ku masih ada di motor, sebenarnya aku panic bukan karena HP ku ga ada, aku panic karena sifat husnudzon ku yang sudah berfikiran macem-macem tentang HP ku, aku berfikir, pasti ada orang yang mengambil HP itu, secara aku menyimpannya ibarat ngasih ikan ke kucing.
Setelah aku sadar kalau HP ku masih tertinggal di motor, aku segera bergegas ke parkiran buat ngambil itu HP, dan pas aku lihat ke motor, ternyata feeling ku benar, HP ku HILANG, tidaaaaaaaaaaakkkkk,, HP ku hilang, aku panic, aku mulai mencari-cari orang-orang yang mungkin mengambil HP ku.
Fikiran ku langsung tertuju ke bapak penjaga parkir, tampangnya bukan tampang orang baik, rambutnya panjang, celananya kotor, pakai kaos oblong dan sudah mulai bolong-bolong, melihat penampilan seperti itu, aku tentu berSuudzon ria,,, masya Allah…..
Fikiran itu masih menggelayuti ku, aku masih berfikir Suudzon sambil mencoba negcek ulang di tasku, atau saku bajuku, takutnya HP nya nyelip. Ditengah kepanikan ternyata eh ternyata, bapak-bapak penjaga parker yang sudah menjadi target Suudzon ku sedari tadi, datang menghampiriku dan melemparkan senyum, diapun bertanya “mba, cari HP nya yaa???”, untuk beberapa detik aku memandang beliau, aku jawab sedapetnya “ia pa, bapak lihat??”, beliaupun berlari menuju tempat mangkalnya dan membuka kotak kayu tempat uang yang ternyata beliau menyimpan HP ku di sana.
Seketika aku merasa ditampar oleh sikapku yang memalukan, orang yang aku duga mencuri HP ku, ternyata beliaulah yang telah merawat HP ku, dengan senyum tersungging beliau menyerahkan HP dan berkata “jangan ditinggal mba HP nya”, aku membalas senyumnya dengan sangat menyesal. Aku begitu berterimakasih padanya, pada kejujurannya dan pada kebaikannya, dan aku benar-benar merasa bersalah dengan apa yang sudah aku fikirkan tentangnya.
Teruntuk bapak penjaga parkir, Saya ucapkan termakasih yang sebesar-besarnya dan saya juga ingin meminta maaf dari lubuk hati yang paling dalam.

Untuk teman-teman yang membaca tulisan ini, jangan meniru saya, jangan melihat seseorang dari fisiknya atau penampilannya, kita tidak tahu, mungkin saja dia jauh lebih baik dibandingkan kita. 
Share:  

“Flash Back”

I don’t know, I just Wanna Cry,
Tanggal 17-06-2014, pagi-pagi jam 06.00 aku berangkat dari rumah untuk nganterin adek sepupu Ujian SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Rasanya seperti flash back 3 tahun yang lalu ketika aku yang ujian, saat itu namanya masih SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi).
Tempatnya sama, Paket ujian pun sama, hanya gedung yang berbeda. Aku seolah-olah berada di masa itu lagi. Ketika berjalan menyusuri jalanan sempit menuju kelas yang dituju, aku banyak melihat wajah-wajah tegang penuh harap, ada yang hanya diam saja sambil melihat sekelilingnya, ada yang mencoba mengulang pelajaran-pelajaran yang menurutku itu kurang baik, ada yang berbincang-bincang dengan teman atau saudara yang mengantarnya, semua berusaha menurunkan tekanan yang mereka miliki, aku berbicara dalam hati “I can feel it”.
Kami menunggu ± 30 menit, Alhamdulillah pagi itu kami tidak terburu-buru, tapi tetep aja, ikutan tegang sampai-sampai kunci motor lupa di cabut, untungnya bapak parker baik hati menyimpannya untukku. Tidak banyak yang kami lakukan saat itu selain menunggu dalam diam dan sedikit berbincang-bincang, aku melihat dengan jelas ketegangan di wajah sepupuku, berusaha menenangkannya dengan memberikan sedikit hiburan.
jam di Hp ku sudah menunjukan pukul 07.00, para pengawas sudah mulai masuk ke dalam kelas, di susul dengan peserta yang secara tertib masuk ke dalam kelas. Aku intip sedikit di luar kelas, aku pastikan sampai sepupuku mendapatkan tempat duduknya, ku melihat dia mendapat bangku paling belakang, aku hanya berharap dia bisa mengerjakannya dengan tenang.
Sampai aku yakin tidak ada masalah seperti sesuatu yang tertinggal, aku bergegas pulang karena ada acara lain yang harus ku datangi. Di lorong perjalanan, entah mengapa, air mata berusaha memberontak dan ingin keluar, aku ingin menangis, dan aku tak tahu alasannya. Yang kulihat saat itu ialah peserta ujian yang meminta doa restu pada orang yang mengantar mereka ke sana, mungkin kakaknya, mungkin saudaranya. Hal yang paling membuatku ingin menangis ialah ketika ada seoarang ayah yang mencium anaknya yang siap masuk ruangan, setelah kulihat, ternyata ibunyapun ada disampingnya. Ya Allah, aku langsung teringat pada dua sosok insan yang juga selalu memberikan doanya untukku meski dari jarak jauh.
Kembali flash back, 3 tahun yang lalu aku hanya meminta doa restu pada mamah dan babah hanya lewat pesan singkat yang ku kirimkan. Tidak ada pelukan apalagi ciuman, tapi aku yakin, jika mereka ada di sana saat itu, mereka akan melakukan hal yang sama.

I miss U Mah&Bah, I laways Love You J
Share:  

Jumat, 13 Juni 2014

He Is My “Babah”


Usianya menginjak kepala 5, tepatnya 46 tahun tanggal 8 Juli besok. Beliau dibesarkan disuatu kampong kecil di bagian timur kabupaten Cianjur, dan tempat tersebut juga menjadi tempat kelahiran ku dulu.
Beliau orang yang tegas, tak pernah ada keraguan ketika beliau mengatakan “tidak” baik untuk kami anak-anaknya maupun untuk istrinya atau mamah.
Beliau anak bungsu dari 7 bersaudara, kakak pertamanya telah lama meninggal, dan kini yang tersisa 2 kakak perempuannya dan 3 kakak laki-lakinya.
Hampir semua kakak-kakaknya sudah memiliki cucu, tinggal babah yang belum punya cucu, iyalah… orang anak tertuanya saja (aku) belum menikah,,, hehe
Di keluarga kami tanggal 14 Agustus bukan hanya tanggal untuk memperingati hari pramuka Indonesia, pada tanggal itu pula, 22 tahun yang lalu tepatnya tahun 1992, babah dan mamah berjanji sehidup semati di depan penghulu dari KUA,, hehe Dan kini telah menghasilkan 3 orang putri (termasuk aku) dan satu orang putra.
Alhamdulillah kami hidup dengan penuh keceriaan dan kebahagiaan, yaaaa bisa dikatakan keluarga Samara laaaaahhh, (amiin), tapi bukan berarti tidak luput dari yang namanya masalah, Alhamdulillah orang tua kami mampu melewatinya dengan sempurna.
Babah seorang kepala keluarga yang demokratis, dia mendukung segala aktifitas anak-anaknya, kecuali ketika keinginan sang anak sudah ngawur dan neko-neko maka ia biasa tegas.
Babah orang yang sangat humoris, kelekar tawa akan muncul ketika beliau bercerita, beliau juga pandai memasak, sejujurnya di keluarga saya, jika dibandingkan masakan mamah sama babah. Masakan babah jauh lebih enaak,, hehe apalagi sambal buatanya, sampai-sampai kakak sepupu saya yang tinggal di serang, ketika dia sedang hamil muda, jauh-jauh datang ke rumah di Cianjur hanya karena ngidam sambal buatan babah.
Babah juga seorang ayah yang tak pernah sekalipun menggunakan tangan (memukul) untuk mengingatkan anak-anaknya, SEKALIPUN TAK PERNAH, jika hanya sekedar menakut-nakuti sih sering, dia bawa sapu dan mengancam akan memukul itu pun jaraknya jauh, tapi selama yang bisa aku ingat, dia tidak pernah melakukannya (memukul) untuk membuat anak-anaknya takut.
Aku tau, babah orang yang sangat bertanggung jawab. Beliau pernah mencoba berbagai macam pekerjaan demi menghidupi kami sekeluarga, mulai dari kerja di pabrik, jadi tukang ojek, berwirausaha dengan membuat jajanan anak-anak yaitu pangsit, jualan arang batok kelapa, bertani, sampai yang terakhir beliau diangkat menjadi salah satu pegawai di desa kami tinggal. Semuanya sudah beliau lakukan. 1 hal yang menjadi prinsipnya, apapun akan dilakukan asalkan halal.
Hidup dengan penuh kesederhanaan dan kesahajaan, itulah yang selalu beliau contohkan dan ajarkan kepada kami anak-anaknya, tak lupa bersyukur dengan apa yang kami miliki dan Allah swt berikan kepada kami.
Memang, kami bukalah keluarga yang berkelebihan harta, kami hanya keluarga yang berkecukupan, cukup untuk menyekolahkan anak-anaknya, cukup untuk menyicil rumah, cukup untuk membeli motor, tapi belum cukup untuk beli mobil, insyaallah nanti, saya yang belikan untuk mereka,, hehe amiin.

Itulah babah, pria luar biasa yang banyak mengajariku I'm proud to be your daughter, and I love you so much Bah, I hope, God always gives health and you can see me and my brother and sister a success. And of course God, our family gathered in His Jannah. Amiin J
Share:  

Minggu, 08 Juni 2014

Syiah dan Sistem Imamah

Syiah merupakan salah satu dari dua kubu Islam pertama yang berbeda pendapat dalam persoalam kekhalifahan. Para pengikut setia Ali ini membentuk kelompok yang solid pada masa dinasti Umayyah, system Imamah kemudian menjadi unsur pembeda antara kaum Sunni dan Syiah hingga saat ini. Kegigihan kaum Syiah dengan keyakinan utama mereka terhada Ali dan putra-putranya, yang diklaim sebagai imam sejati, yang berbeda dengan keyakinan Gereja Katolik Romawi tentang Peter dan para penerusnya, masih tetap menjadi karakteristik utama kelompok ini.
Jika pendiri islam menjadikan Al-quran dan wahyu  sebagai media penghubung antara tuhan dan manusia, maka orang syiah menjadikan manusia yaitu para imam sebagai penghubung. Disamping pernyataan “saya beriman kepada Allah yang maha Esa” dan “saya beriman kepada Al-quran, yang bersumber dari keabadian”, orang Syiah menambahkan satu rukun iman, yakni “saya percaya bahwa imam yang dipilih secara khusus oleh Allah sebagai pembawa ruh tuhan adalah pemimpin yang akan membebaskan”.
Institusi Imamah merupakan bentuk penentangan teoritis terhadap konsep sekuler tentang kekuasaan. Menurut teori Imamah, yang berbeda dengan pandangan Sunni, seorang imam merupakan pemimpin komunitas Islam satu-satunya yang sah, dan ditunjuk oleh tuhan untuk memegang kekuasaan tertinggi, ia memiliki jalur keturunan langsung dari Muhammad melalui Fatimah dan Ali, seorang imam adalah pemimpin agama dan spiritual, sekaligus sebagai pemimpin dalam urusan dunia. Ia dianugrahi kekuatan tersembunyi yang diwariskan oleh pendahulunya. Dengan demikian kedudukannya jauh lebih tinggi daripada manusia biasa, dan terbebas dari kesalahan (Ishmah).
Kelompok ekstrim Syiah bahkan berpendapat lebih jauh lagi dengan mengatakan bahwa para imam, karena memiliki hakikat ilahi dan kecerdasan yang tinggi, merupakan inkarnasi Tuhan. Menurut mereka Ali dan para imam keturunannya merupakan wahyu Thunan yang turun dalam wujud manusia. Kelompok ultra Syiah pada masa belakang bahkan berpandangan bahwa jibril keliru menyampaikan wahyu kepada Muhammad, yang seharusnya kepada Ali. Dalam semua hal ini, doktrin kelompok Syiah berseberangan dengan doktrin kelompok Sunni.
Sulit untuk dipastikan seberapa besar pengaruh pemikiran Persia dan Yahudi-Kristen terhadap kelahiran dan evolusi paham Syiah. Konsep imam Mahdi yang berkembang kemudian dan mengusung keyakinan akan datangnya seorang juru-selamat yang akan membawa pada sebuah era baru kebebasan, kemakmuran, jelas-jelas merupakan refleksi dari gagasan Mesias dari luar Islam.
Tokoh Abdullah ibn Saba, yang masuk islam pada masa Utsman, dan membuat Ali malu karena terlalu mengagungkannya, sehingga ia dikenal sebagai seorang pendiri sekte ekstrim dalam Syiah, adalah seorang Yahudi Yaman. Gnostisisme juga jelas memberikan konteribusi terhadap perkembangan konsep Imamah. Dari semua negeri Islam, Irak terbukti merupakan lahan yang subur untuk tumbuhnya ajaran-ajaran para pendukung Ali, dan hingga saat ini Suriah yang berpenduduk 15 juta jiwa merupakan benteng penting kaum Syiah.
Dalam komunitas Syiah sendiri muncul beragam sekte kecil yang tak terhitung jumlahnya. Anggota “keluarga nabi” (Ahlul Bayt, yaitu Ali dan keturunannya) menjadi pusat daya tarik symbol setiap gerakan protes akibat kekecewaan dalam aspek ekonomi, social, politik dan keagamaan.

Kebanyakan kelompok heterodoks yang muncul pada abad pertama islam, yang juga merupakan bentuk protes tersembunyi terhadap kemenangan agama Arab, secata bertahap bergabung di bawah paying Syiah yang menjadi representasi penentang terhadap status quo. Sekte islamiyah, Qaramitah, Drusis, Nusairiyah dan sebagainya.

sumber: History Of The Arabs karangan Philip K Hitti, jakarta, Serambi ilmu semesta
Share:  

Recep Tayyeb Erdogan

pada tanggal 26 Februari 1954, Recep Tayyeb Erdogan dilahirkan di sebuah desa kecil di Istanbul. orang tua Erdogan bernama Ahmed, seorang pria keturunan yang berasal dari Batumi Georgia. ia pindah ke Istanbul sekitar tahun empat puluhan untuk mencari pekerjaan. ia bekerja sebagai penjaga pantai di laut hitam kota Rize, sehingga sejak kecil Erdogan telah bergumul dengan gelombang dan belajar kesabaran dan keberanian.
Erdogan adalah seorang berkebangsaan Turki dari keluarga sederhana dengan berbekal sedikit pendidikan. namun, ia mempunyai bekal keimanan kepada Allah swt yang sangat kuat. cahaya iman yang tertancap kuat ini menjadikan kehidupan dan kerja kerasnya yang dipenuhi dengan keberanian, kemauan keras dan kemuliaan menjadi semakin menambah keberhasilan-keberhasilan yang ia raih yang melebihi perkiraan bahkan orang-orang terdekatnya.
ketika Erdogan berusia 13 tahun, dia belajar di sekolah dasar (Ibtidaiyah) bersama anak-anak kota Qasim Pasha dan lulus tahun 1965. kota Qasim Pasha terkenal dengan penduduknya yang kuat, tempramen, memiliki dialek yang menjadi kebanggaan dan kehormatan sebagaimana Erdogan merasa terhormat berada di sana. disanalah Erdogan belajar tentang tantangan dan kekuatan yang terlihat dalam setiap pernyataan dan pidato resminya. 
setelah lulus dari sekolah dasar, dia melanjutkan studinya ke Sekolah Menengah Imam Hatib dan lulus tahun 1973. di sekolah inilah dia belajar Fiqh, Aqidah dan tajwid sehingga sedikit demi sedikit meningkatkan kemampuannya dalam berbicara dan berfikir.
para sekuleris menjuluki Erdogan sebagai "Islam Reaksioner" dan memprovokasi politisi Turki bahwa Pandangan Erdogan sangat berbahaya bagi sistem pemerintahan demokrasi sekuler. akan tetapi, erdogan sendiri mnyebut dirinya sebagai "Pemimpin Religius di Negara Sekuler"

sumber: buku Erdogan karangan Syarif Taghian


Share:  

kritis dan Ilmiyah

Suatu malam menjelang tidur, seperti biasa bunda selalu bercerita. malam itu bunda bercerita tentang kisah nabi Adam Alahissalam.
bunda bercertia: "Nabi Adam itu Allah swt ciptakan dari tanah sedangkan setan itu, Allah ciptakan dari Api. Nabi Adam dan Hawa tinggal di Surga, namun Allah Swt melarang nabi adam untuk memakan buah Khaldi. karena bisikan setan kepada nabi Adam akhirnya nabi Adam memakan buah itu dan nabi Adam pun pindah dan tinggal di Bumi"
lantas salah satu anaknya (6 tahun) yang kritis bertanya,
anak: "Bun bun, waktu itu Allah lagi ngapain sih?? emangnya Allah ga liat po nabi Adam makan buah Khaldi. Allah lagi buat Planet sama Bumi ya bun??"
Bunda hanya tertegun dan tak mampu menjawab pertanyaan,, akhirnya suasana menjadi krik...krik.. krik...

kisah yang lain,
ketika sang anak (4 tahun) bermain-main dengan beras, dan bunda melarang
"ade, jangan mainin beras, nanti berasnya nangis loooo"
ananknya pun menjawab dengan kepolosan "Beraskan ga punya mata bun"
lagi lagi .. krik..krik...krik...


Share:  

Allah Ituuuu....

Allah swt Itu Maha Tau,,
Dari semua yang memiliki pengetahuan Allah swt lah yang memberikan pengetahuan tersebut.

Allah itu Maha Melihat,,
Sebaik-baik penglihatan di bumi ini, Allah lah yang memberikan penglihatan tersebut.

Allah swt itu maha Mendengar
Sebaik-baik pendengaran di Bumi ini, Allah swt lah yang menciptakan pendengaran tersebut.

Allah swt itu maha Kaya
Sekaya siapapun dia di Bumi ini, Allah swt lah yang telah mencurahkan kekayaan itu terhadapnya

Allah swt itu maha Penyayang
Dari semua yang menyayangi dan kita sayangi di bumi ini, Allah swt lah yang telah menumbuhkan rasa sayang tersebut di hati setiap-tiap insan

Allah swt itu maha Adil
Seadil-adil apapun seorang hakim, Allah swt lah yang mampu memberikan penghakiman terbaik di Bumi-Nya

Masih belum kah diri ini takut terhadap Allah swt, yang memiliki Surga dan neraka serta penguasa Alam semesta,
Masih ragukah diri ini akan kekuasaan dan keagungan Allah 
Astagfirullahaladzim


Share:  

Sabtu, 07 Juni 2014

Mesopotamia

Pada umumnya sebuah peradaban lahir si dekat air karena air mempunyai nilai ekonomi dan nilai spiritual. Peradaban kuno di Timur, lahir di Mesopotamia yang terletak diantara dua sungai besar, yaitu Tigris dan Eufrat. Daerah yang sekarang menjadi Republik Irak itu pada zaman dulu disebut Mesopotamia yang dalam bahasa Yunani berarti “daerah diantara sungai-sungai”. Sedangkan dalam bahasa Arab, Mesopotamia disebut “Bayn Nahrain” yang artinya antara dua sungai. Istilah Mesopotamis telah digunakan oleh penulis Yunani dan latin Kuno seperti Polybius pada abad ke 2 SM dan Strabo pada abad 60 SM-20SM. Wilayah Mesopotamia mempunyai luas 130.000 batu persegi dan dikelilingi oleh pegunungan Zagros disebelah timur serta daratan tinggi Arab disebelah Barat daya. Wilayah Mesopotamia juga membentang dari teluk Parsi di Tenggara sampai Pegunungan Taurus di Turki.
Secara geografis, sumber air sungai Eufrat dan Tigris terdapat di lereng Pegunungan Armenia di perbatasa anatara Irak dan Rusia. Lumpur endapan bertumpuk –tumpuk pada muaranya sehingga muncul dataran rendah baru yang selalu meluas menutup mulut Teluk Bahrein. Disekitar muara, alam geografisnya berupa rawa-rawa penuh dengan tetumbuhan semak dan didiami oleh aneka jenis burung liar. Semakin menuju ke pedalaman, alam semakin kering. kemudian datnglah bangsa-bangsa dari gurun di sekitarnya untuk beternak dan bertani di lembah yang subur tersebut. Setiap tahun cairan salju di gunung-gunung Armenia menimbulkan luapan air sungai. Datanglah banjir hebat yang menyebarkan lumpur alluvial secara berlapis-lapis dari masa ke masa. Penduduk memanfaatkan banjir untuk mengintensifkan pertanian dan peternakan. Tantangan berupa banjir ganas diatasi dengan pembuatan tanggul, dam, dan terusan.
Kesuburan dan kemakmuran di lembah sungai Eufrat dan Tigris menimbulkan iri hati bangsa-bangsa lain. Timbullah kemudian serbuan-serbuan dari luar dan pertarungan di dalam yang berlatar belakang perebutan air irigasi dan tanah yang baik. Akhirnya pemimpin yang kuat mampu  menjamin keamanan dan kerukunan serta mampu mengatur tawaran alam atau kelestarian mata pencaharian. Dengan demikian lahirlah masyarakat yang teratur dan bangsa yang pertama kali mendiami dan mencapai peradaban adalah bangsa Sumeria. Bangsa Sumeria datang dari gurun dan pegunungan di luar Mesopotamia. Pada mulanya bangsa Sumeria hidup sebagai peternak yang hidup nomad, kemudian datang pula bangsa Semit yang bercampur dengan bangsa Sumeria. Sebelum sampai ke lembah Eufrat dan Tigris, bangsa Semit sudah mengenal dasar-dasar kehidupan politk dan ekonomi pertanian.

Berbagai sumber, salah satunya Sejarah Timur Tengah (Isawati)
Share:  

Cinta Tanpa Definisi

Dikutip dari Buku Serial Cinta karangan Anis Matta

Seperti angin membadai. Kau tak melihatnya. Kau merasakannya. Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung ditengah gurun. Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. Atau meluluhlantahkan bangunan-bangunan angkuh di pusat kota tanpa benda, tak terlihat, hanya terasa. Tapi Dahsyat.
Seperti banjir menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. Dalam sekejap ia menguasai bumi dan merangkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu ia kembali tenang. Demikianlah cinta. Ia diciptakan menjadi makna paling santun yang menyimpan kekuasaan besar.
Seperti api menyala-nyala. Kau tak kuat melawannya. Kau hanya bisa menari disekitarnya saat ia mengunggun. Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi. Atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah, kota-kota, hutan-hutan dan seketika semua menjadi abu. Semua jadi tiada. Seperti itulah cinta. Ia ditakdirkan menjadi kekuatan angkara murka yang mengawal dan melindungi kebaikan.

Cinta adalah kata tanpa benda, nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari sebuah kekuatan tak terkira. Ia jelas, sejelas Matahari.

Share:  

Minggu, 01 Juni 2014

Ukhuwah

Ukhuwah itu indah
seindah bintang yang bertaburan di gelapnya malam
Ukhuwah itu indah
seperti bulan yang tak lelah menerangi gelapnya malam
Ukhuwah itu indah
seperti cahaya yang menerobos celah-celah dedaunan
Ukhuwah itu indah

Ukhuwah itu kuat
sekuat karang yang berdiri tegap meski dihempas ombak ganas lautan
Ukhuwah itu menyejukan
seperti oase ditengah hamparan pananya padang savana
Ukhuwah itu menenangkan
layaknya seorang ibu yang menemani buah hatinya dikala sakit

tentu itu semua bukanlah fatamorgana
begitulah ukhuwah bekerja
selalu indah, kuat, menyejukkan dan menenangkan.

Share:  

Rabu, 28 Mei 2014

Jalannya Peristiwa G 30S

Acara penting pada tanggal 30 September 1965 ialah Musyawarah Nasional Teknik (Munastek) yang diselenggarakan oleh angkatan Darat dan Perhimpunan Insinyur Indonesia. Presiden yang juga seorang insinyur, diundang untuk membuka musyawarah ini. Sebagaimana lazimnya bila presiden akan hadir, para undangan diminta dating satu jam sebelum acara, menurut seorang peserta, acara mundur hingga berjam-jam.[1] Acara di Istora Senayan selesai pada pukul 23.00. sesudah itu Bung Karno pergi ke Istana Negara untuk mengganti pakaian.
Sementara itu di lain tempat pada pukul 20.00 bertempat di kediaman resmi Menteri/Pangau terjadi pertemuan antara Laksamana Omar Dhani bersama anggota pimpinan Angkatan Udara. Pertemuan tersebut dialkukan untuk mendengar informasi dari letkol Heru yang diperolehnya dari Mayor Udara Suyono yang isisnya mengenai “Dewan Jendral” yang hendak mengadakan kudeta pada Hari Angkatan Bersenjata, tanggal 5 Oktober. [2] Selain menyebutkan nama-nama jendral yang bersangkutan, dijelaskan pula pasukan yang disiapkan. Ditambahkan pula bahwa pasukan dibagi dalam 3 satuan tugas yang terdiri dari Pasopasti yang bertugas menangkap para Jendral, Bimasakti bertugas untuk penguasaan hedung-gedung RRI dan Telekomunikasi, serta Pringgodani sebagai satgas cadangan.
Pada pukul 04.00 menjelang fajar. Semua pasukan yang ditugaskan untuk menculik para perwira tinggi telah berada di tempat sasarannya. Ada tujuh pasukan, masing-masing untuk menangkap/menculik Jendral A.H Nasution, Letjen A. Yani, Meyjen TNI Suprapto, Meyjen TNI S. Parman, Mayor Jendral TNI Harjono MT, Brigjen TNI Sutoyo Siswomihardjo dan Brigjen TNI D.I Panjaitan.
Dalam penyergapan tersebut Jendral AH Nasution yang lolos dari sergapan operasi Paopati. Sedangkan tiga jendral lainnya (Yani, Haryono dan Pandjaitan) mati tertembak sewaktu penyergapan sedangkan yang lain bersama letnan Tendean di bunuh di tempat penehanan di Lubang Buaya.
Sementara itu presiden Soekarno, setelah acara Munastek dan kembali ke Istana untuk mengganti pakaian, langsung pergi untuk menjemput istrinya Dewi Soekarno dan menginap di kediaman Dewi di wisma Yaso jalan Brantas Jakarta Pusat. Pukul 05.45 Mangil selaku Pengawal DKP menyarankan agar Soekarno untuk sementara tinggal di Wisma Yaso, namun hal ini di tentang oleh Soekarno yang bersikeras ingin ke Istana.
Dalam perjalanan Mangil mendapat laporan dari Jatiman bahwa pasukan Angkatan Darat yang berada di sekitar Istana “Tampak Mencurigakan”. Sebab itu segera diperintahkan supaya rombongan membalik arah. Sementara itu AKBP Mangil memutuskan untuk membwa Presiden ke Kebayoran Baru, namun tidak jadi dan akhirnya presiden di bawa ke rumah kediaman Ny. Hariyati di Grogol dan tiba di sana pada pukul 07.00.
Pukul 08.30 letkol Suparto melaporkan bahwa dia telah berhasil menghubungi Panglima Angkatan Udara Omar Dhaniyang berada di PAU Halim. Dengan kehendaknya sendiri Presiden Soekarno memutuskan untuk pergi ke PAU Halim.
Sekitar pukul 07.20 pagi Masyarakat Indonesia diberitahu melalui siaran RRI bahwa G30 S yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung telah mengambil alih kekuasaan; beberapa jendral telah ditangkap karena merencanakan penggulingan pemerintahan; presiden berada di bawah perlindungan gerakan tersebut.
Sementara itu Mayor jendral Soeharto di Markas Kostrad, menurut Kolonel A, Latief, tiga kali ia berusaha melaporkan pada Soeharto tentang rencana G30S, akan tetapi baru pada kesempatan ke tiga ia bertemu dengan Soeharto di RSPAD Gatot Subroto.
Soeharto adalah sosok yang banyak menampung informasi serta petunjuk tentang akan terjadinya suatu gerakan terhadap jendral-jendral koleganya. Dan Soeharto hanya menyimpan informasi tersebut hanya untuk dirinya sendiri. Tidak melanjutkannya kepada pemimpin Angkatan Darat, dengan informasi yang cukup detail, Soeharto dengan mudah bisa membaca situasi dan segera tampil dengan gerakan pembersihan. Keberhasilan dari gerakan pembersihan yang dilakukannya kelak membawa dirinya masuk ke dalam jenjang kekuasaan luar biasa.[3]
Dalam penumpasan G30 S tersebut tidak banyak memakan waktu, hanya membutuhkan waktu relative singkat, yakni hanya sehari.  Para pelaku G30 S berhasil ditangkap, termasuk ketua umum PKI Indonesia DN Aidit yang akhirnya di bunuh di daerah Boyolali setelah sebelumnya dipaksa membuat pengakuan.
Pada tanggal 4 Oktober demonstrasi mahasiswa yang pertama dilancarkan. Salah seorang perwira staf Suharto, Brigadir Jenderal Sucipto pada tanggal 2 Oktober bahkan sudah mulai menjalin hubungan dengan pemimpin mahasiswa anti-komunis diantaranya Subchan Z.E dari NU dan Harry Tjan dari Partai Katolik. Mereka langsung memutuskan untuk membentuk suatu orgaisasi dengan nama Kesatuan Aksi Penggayangan Gestapu atau KAP-Gestapu.
Tanggal 6 Oktober sukarno mengadakan sidang kabinet paripurna di Istana Bogor, mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang setengah-setengah dan tidak tegas, seperti Pimpinan AD yang menjadi korban dari Gerakan 30 September oleh Presiden dinyatakan sebagai pahlawan –pahlawan revolusi.
Pembunuhan atas mereka itu olehnya dinyatakan sebagai pembunuhan biadab, tetapi pernyataan itu dibatasi sampai pintu ruang sidang karena saat itu ia tidak mau dunia luar mendengar banyak tentang aksi keji itu, Soekarno mengutuk pembentukan apa yang dinamakan Dewan Revolusi Akhirnya sepanjang tersangkut gerakan 30 september pada umumnya ia menghendaki, seperti telah dinyatakan terlebih dahulu agar penyelesaian politik diserahkan padanya.



[1]  AB. Lapian. 2012. Malam Bencana 1965 dalam Belitan Krisis Nasional. Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hlm 86-87
            [2] AB. Lapian. Ibid., hlm 90-91
            [3] Julius Pour. 2010. Gerakan 30 September. Pelaku, Pahlawan dan Petualanga. Jakarta, Kompas. Hlm 302
Share:  

Latar Belakang G 30S

Pada masa pergerakan nasional  semua organisasi atau partai-partai politik dapat bekerja sama  dengan partai atau organisasi politik  lainnya meskipun asas mereka  tidak sama.[1] Yang membedakan hanyalah taktik dan strategi untuk mengusir kolonialisme Belanda.[2]
Perjuangan gigih rakyat Indonesia mencapai puncaknya pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.  Organisasi massa dan partai politik  yang sempat tumbuh  pada zaman Hindia Belanda, dan dibubarkan pada masa pendudukan Jepang.
Akan tetapi kemerdekaan Indonesia justru mendorong partai politik dan ormas tumbuh serta berkembang sendiri-sendiri dengan mengusung ideology masing-masing. Mereka mengutamakan ideology diatas kepentingan nasional, sehingga menyebabkan perpecahan didalam tubuh masyarakat. BKR,TKR lalu Angkatan Perang Republik Indonesia kemudian Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Tentara nasional yang seharusnya berdiri diatas semua golongan dan mengayomi rakyat, ternyata sebagian anggotanya menjadi pendukung partai politik tertentu, kemudian pertikaian antara elite politik dan elite militer semakin menjadi.[3]
Yang perlu diingat Perpolitikan Indonesia tahun 1950-an ditandai oleh tiga kekuatan besar. Kelompok pertama adalah kaum nasionalis, diwakili oleh Partai Nasional Indonesia (PNI), kelompok kedua yaitu militer atau Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan kelompok yang ketiga adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). presiden Soekarno sendiri sejak masa mudanya mempunyai gagasan mempersatukan ketiganya. Dalam usahanya menggalang persatuan Presiden memaklumkan prinsip nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), pencerminan golongan-golongan dalam masyarakat.[4]
Keberadaan kelompok militer pada mulannya sebagai alat Negara yang memiliki tugas dan tanggung jawab di bidang pertahanan dan keamanan. Tugas utama TNI adalah menjaga kedaulatan Negara dari ancaman luar dan menciptakan stabilitas keamanan. Dengan demikian TNI harus menempatkan diri diatas semua golongan dan seharusnya memberi perlindungan kepada seluruh rakyat. Panglima Besar TNI Soedirman sebelum wafat sempat mengeluarkan pesan dan mengingatkan bahwa peliharalah TNI, peliharalah Angkatan Perang Kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh oleh partai politik manapun juga.[5] Akan tetapi pesan tersebut terbukti dilangar pada tahun 150-an ketika TNI mulai tumbuh dan berkembang menjadi sebuah kekuatan politik yang sangat besar.
Kedudukan Angkatan Darat semakin kuat manakala pemerintah memberikan wewenang yang lebih dalam menangani masalah Irian Barat. AD dilibatkan secara aktif dan bahkan menjadi ujung tombak dalam upaya menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda sebagai realisasi program pemerintah dalam memperbaiki masalah keuangan dan ekonomi. Dalam Operasi Jaya Wijaya untuk membenuk Irian Barat.[6]
Pengaruh politik militer juga bertambah ketika pembentukan cabinet pada bulan Juli 1959 dimana hamper sepertiga anggotanya diangkat dari kalangan militer. Militer juga memiliki wakil di DPRGR dan MPRS, Lembaga Legislatif yang baru dibentuk di era Demokrasi Terpimpin. Ini menambah bobot dan legitimasi politik dari golongan militer dan semakin memantapkan mereka untuk terjun sevara penuh dalam arena politik.[7]
Meskipun begitu, AD sama sekali tidak homogen. Tampak dari sikap AD di bawah Nasution yang memiliki loyalitas terbatas kepada Soekarno, namun di bagian lain seperti divisi Diponogoro dan Brawijaya memiliki kecenderungan “Soekarnois”, sedangkan hal tersebut tidak Nampak pada divisi Siliwangi Jawa Barat. Hal tersebut bukannya tidak disadari oleh Soekarno, ia berusaha agar kecenderungan tersebut tidak berlanjut, namun AD di bawah Nasution membuat Soekarno tidak bisa berbuat banyak.
Di lain pihak Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Angkatan Kepolisian mempunya sikap yang berkebalikan, terutama untuk AURI di bawah komando Suryadarma dan Omar Dhani, yang mempunya sikap plitik yang lebih bersesuaian dengan golongan kiri. Contohnya ketika AURI, Angkatan Laut, serta kepolisian  secara penuh mendukung kampanye Dwikora, namun berbeda dengan AD yang hanya mendukung secara verbal tanpa adanya aksi nyata.
Sementara itu di pihak Partai Komunis Indonesia Semenjak kegagalan pemberontakan Madiun September 1948 berdampak buruk bagi citra Partai Komunis Indonesia untuk tumbuh di masyarakat. Citra buruk pasca Tragedi Madiun 1948 itu berkenanan dengan keberhasilan pihak-pihak provokator yang anti terhadap PKI serta menabur kebencian di kalangan masyarakat terhadap Front Demokrasi Rakyat (FDR), khususnya PKI sebagai kelompok mayoritas dalam FDR, sehingga pihak-pihak yang telah terprovokasi melakukan penangkapan dan pembunuhan masal terhadap tokoh dan kader-kader PKI. Peristiwa Madiun 1948 menyebabkan PKI tercerai berai, namun PKI mampu mengatasinya dan membangun kembali kader-kader yang selamat.
Partai Komunis Indonesia memasuki tahun 1950-an dengan memilih strategi kooperatif dengan soekarno.[8] Tokoh-tokoh PKI mencoba menghilangkan kesan buruk dengan memanfaatkan hak yang ada untuk tampil legal dalam konstelasi politik Indonesia. Setiap gagasan, tindakan dan kebijakan politik Soekarno, termasuk konsepsi presiden didukung sepenuhnya.[9] Dengan begitu partai PKI dapat tumbuh dan berkembang menjadi partai yang besar dan mempunyai basis masa, terutama di daerah pedesaan.
Dibawah kepemimpinan D.N. Aidit, PKI berhasil membangun kembali kembali organisasi secara rapi serta menjalin kerjasama dengan partai-partai Komunis Cina, Korea Utara. Ajakan Soekarno[10] untuk bersatu menghadapi Nekolim segera di sambut baik oleh PKI. Sikap akomodatif terhadap pemerintahan Soekarno  menjadikan kedudukan PKI semakin kuat, dilain pihak soekarno mengangap dengan mengadakan konsolidasi politik dengan PKI akan menguntungkan dan dapat mengimbangi kekuatan milter, khususnya angkatan darat, yang pro Barat dan sewaktu-waktu bisa mengancam posisinya. Pembentukan poros Jakarta-Pyongyang-Peking semakin menegaskan tuduhan mereka bahwa Soekarno tengah membawa Indonesia bergerak kearah Komunis.[11]
Tahun 1964, PKI semakin intensif dalam melakukan propaganda Komunis. PKI menyerang kelompok-kelompok yang bersebrangan dengan komunis termasuk Angkatan Darat. Persaingan semakin nyata ketika AD menolak pembentukan Kabinet Gotong Royong yang memasukkan unsur-unsur PKI di dalamnya. Sementara PKI semakin kuat posisinya dalam pemerintahan.
Selain PKI dan AD yang menjadi salah salah satu pemeran dalam peristiwa ini terlepas dari benar atau tidaknya keikutsertaannya. Kita juga harus melihat posisi Indonesia saat itu, dimana kecondongan presiden Soekarno terhadap komunis membuat Amerika merasa terancam sehingga menimbulkan opini lain yakni adanya campur tangan CIA dalam peristiwa G30 S ini. Terlebih saat itu perang dingin antara Uni Soviet dengan Amerika masih berlangsung.



[1] James Luhilima. 2007. Menyingkap Dua Hari Tergelap di Tahun 1965 Melihat Peristiwa G30S dari Perspektif Lain. Jakarta:Kompas
[2] Beberapa strategi yang mereka usung adalah semangat Non-kooperasi, dan taktik Kooperasi. Perbedaan kedua kelompok tersebut terletak hanya pada cara-cara mewujudkan bangsa dan kemerdekaan. Sekarang, setelah para pemimpin non-kooperasi tersingkir, perbedaan itu pun cuma tinggal istilah, karena penjajah tidak menghendaki kooperasi menjadi kenyataan. Kooperasi, kerjasama, samenwerking, hanya mungkin jika ada dua pihak yang sepakat melakukannya. Karena pemerintah jajahan tidak juga rela memberi jalan kerjasama, asa kooperasi ibarat bertepuk sebelah tanggan. Selengkapnya lihat tulisan Prakitri T. Simbolon. Menjadi Indonesia. Jakarta: Kompas, 2007,  hlm. 385-386.
[3] I.G. Krisnadi. Tahanan Politik Pulau Buru (1969-1979).Jakarta:LP3ES, 2001 hlm. 2
[4] G. Moedjanto. Indonesia Abad ke 20: Dari Perang Kemerdekaan Pertama Sampai PELITA III. Yogyakarta: Kanisius, 1988, hlm. 117
   [5] I.G. krisnadi, op.cit., hlm. 3
[6] Aman. 2013. Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan . Yogyakarta, Pujangga Press. Hlm      120
[7] Inggih Tri Sulistiyono. 2012. Malam Bencana 1965 Dalam Belitan Krisis Nasional. Jakarta, Pustaka obor Indonesia, hlm 259.
[8] Krisnandi, op.cit., hlm. 4
[9] Krisnandi, loc cit.
[10] Soekarno dikenal sebagai seseorang yang gandrung dengan persatuan semua kekuatan revolusioner, dia berusaha keras mewujudkan samenbundeling van alle revolutionaire krachten di Indonesia dengan menjalankan politik anti-Neokolim. Selengkapnya lihat tulisan I.G. Krisnadi. Tahanan Politik Pulau Buru (1969-1979).Jakarta:LP3ES, 2001, hlm. 4
[11] Ibid. hlm. 5
Share:  

Gerakan 30 September 1965

Tanggal 30 September dan tanggal 1 Oktober 1965 bisa dikatakan sebagai dua hari tergelap ditahun 1965. Hanya sedikit orang yang bisa mengetahui peristiwa-peristiwa apa saja yang terjadi pada dua hari itu.[1] Peristiwa tersebut bukan saja memporak-porandakan kehidupan jutaan orang, tetapi juga menjungkirbalikan kekuasaan pemerintah serta menyeret beragam akibat yang memerlukan waktu sangat lama dalam pemulihannya.[2]
Sampai sekarang ada tujuh versi tentang siapa dalang dibalik peristiwa G30S yang beredar. Mulai dari Partai Komunis Nasional (PKI), sebuah klik di Angkatan Darat sendiri, Badan Pusat Inteljen Amerika Serikat (CIA)/Pemerintah Amerika Serikat, renacana Inggris yang bertemu dengan rencana CIA, Presiden Soekarno, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jendral Soeharto, sampai tidak ada dalang tunggal, dimana semua pihak yang terkait dalam peristiwa itu hanya bereaksi sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu.[3]
Versi resmi pemerintahan Orde Baru menyebutkan bahwa dalang G30S adalah PKI, Angkatan Darat Indonesia (AURI) terlibat, dan pangkalan Angkatan Udara (PAU) Halim Perdanakusuma adalah markas G30S.[4]
Setelah Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden yang didudukinya selama hampir 31 tahun, perhimpunan Purnawirawan AURI di bawah pimpinan Laksamana Muda Udara (Purnawirawan) Sri Mulyono Herlambang, mantan  Menteri/ Panglima Angkatan Udara (Men/Pangau), maju ke depan untuk meluruskan sejarah “Berlalunya Era pemerintahan Soeharto memeberikan kesempatan bagi para pelaku sejarah untuk memaparkan kejadian sejarah selengkapnya,” kata Sri Mulyono Herlambang dalam jumpa pers yang diadakan pada tanggal 13 Oktober 1998.[5]
Sekelumit peristiwa G30S yang masih belum ditemukan kejelasannya hingga saat ini, membuat banyak sejarawan professional maupun amatir berlomba mengungkap peristiwa yang sebenarnya terjadi, tentu juga mengungkap dalang dari peristiwa tersebut. Hal ini juga yang sedang penulis coba uraikan dalam makalah ini, tentunya dengan perspektif penulis sendiri. Terlepas siapapun dalang yang berada di belakang peristiwa G30S. peristiwa tersebut telah menjadi goresan hitam dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.



[1] James Luhilima. 2007. Menyingkap Dua Hari Tergelap di Tahun 1965 Melihat Peristiwa G30S dari Perspektif Lain. Jakarta:Kompas, hlm.ix
[2] Ibid., hal vii
[3] Ibid., hlm 1
[4] Ibid., hlm 5
[5] Ibid., hlm 5
Share:  

Seputar Turki


https://fitririyani27.files.wordpress.com/2013/02/turki.jpg
Sekitar dua pertiga abad setelah didirikan di Anatolia pada 1300 dengan mengorbankan kekaisaran Bizantium, dan didirikan  di atas reruntuhan kerajaan Saljuk, kerajaan Turki Utsmani hanyalah sebuah emirat di daerah perbatasan.[1]
Negara ini selalu diliputi suasana peperangan dan pada saat itu senantiasa dalam keadaan genting. Ibukota Negara ini, pertama kali didirikan pada 1326, adalah Brusa (Bursa). Mendekati 1366, emirat itu telah berkembang lebih stabil, mendapatkan pijakan yang lebih kokoh di daratan Eropa, dan berkembang menjadi sebuah kerajaan besar dari Andrianopel (Edrina) sebagai ibukota nya. Penaklukan Konstantinopel pada 1453 yang dipimpin oleh Muhammad II, sang penakluk (1451-1481) secara formal mengantarkan Negara ini pada satu era yaitu era kerajaan.[2]
Puncak kegemilangan Turki Utsmani dipimpin oleh Sulayman yang oleh rakyatnya dikenal dengan sebutan “al-Qanuni”, dalam pemerintahannya, Sulayman menyempurnakan dan memperindah ibukota, serta kota-kota lain dengan mendirikan masjid, sekolah, rumah sakit, istana, Musoleum, jembatan, terowongan, jalur kereta dan pemandian umum.[3]
Bibit kehancuran Kerajaan Turki ialah ketika kerajaan yang secara umum diatur untuk menghadapi peperangan ketimbang memakmurkan rakyatnya, dan membangun kawasan yang tak terjangkau tangan pemerintah dengan perangkat komunikasi yang baik serta populasi yang heterogen diantara kelompok dan ras yang berbeda-beda dengan garis perpecahan yang kentara.[4]
Pada 1575 kerajaan Turki mengalami kemunduran dan merosot sekali sehingga dalam abad ke-19, Turki mendapat sebutan The Sick Man of Urope. Adapun sebab-sebab kemunduran Turki antara lain, tidak ada lagi Sultan yang kuat, Tentara Janisari merosot nilainya dan justru menjadi pengacau dan pemerintah sangat lemah sehingga menyebabkan timbulnya krisis kekuasaan.[5]
Kemerosotan yang dialami Turki dari permasalahan dalam negeri diperparah dengan campur tangan asing yang menunggu-nunggu jatuhnya Turki, seperti Rusia, Inggris, Perancis, Jerman dan Italia. Negara-negara barat tersebut ingin memperubatkan daerah Turki yang akhirnya berujung pada permasalahan Balkan mengenai status dari daerah-daerah bekas jajahan Turki.
Saat itu, nasib Turki benar-benar ditentukan dan tergantung oleh bangsa-bangsa Barat yang saling berebut kekuasaan  dan tanah jajahan. Pada 1913 gerakan Turki Muda mengadakan kudeta yang dipimpim oleh Anwar Bey sehingga Sultan Turki hanya sebagai lambang saja.
Turki kemudian mengadakan reorganisasi dalam negeri. Jabatan Sultan dan Khilafah dihapus. Pada 29 Oktober 1923 diproklamirkan berdirinya republic Turki dengan Mustafa Kemal Pasha sebagai Perdana Menteri.
Mustafa Kemal Pasha sendiri lahir pada tahun 1881 di sebuah kawasan miskin di Salonika, Turki. Ayahnya, Ali Riza, adalah seorang bekas pegawai rendahan di kantor pemerintah. Setelah mengalami dua kali kegagalan dalam bisnisnya, Ali Riza tenggelam dalam dunia hitam, menjadi peminum sebagai kompensasi kesedihannya.
Wataknya yang sangat keras, membuat pemerintahan yang dia pegang selama 15 tahun, diatur secara dictator dan bengis. Adapun kebijakan-kebijakan yang dia keluarkan semasa pemerintahannya antara lain: pembubaran Negara Islam Turki Utsmani (1922), ibu kota Turki dipindah dari Istanbul ke Ankara (1923), ia menutup sekolah-sekolah Islam yang sudah berdiri sejak lama, ia memerintahkan untuk mengganti bentuk-bentuk dan suasana masjid-mesjid seperti gereja-gereja di Negara-negara Barat dan mewajibkan jamaah menggunakan sepatu, selain itu masih banyak lagi kebijakan-kebijakan yang merubah secara total tatanan kehidupan rakyat Turki saat itu.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan tentunya sangat merubah tatanan kehidupan rakyat Turki yang mayoritas merupakan umat muslim yang sangat kuat, mengingat menariknya kajian ini, penulis ingin mengkaji jauh mendalam menganai pengaruh-pengaruh kebijakan pemerintahan Mustafa Kemal pasya ini terhadap tatanan social masyarakat Turki, termasuk sedikit mengkaji mengenai latar belakang lahirnya Negara republic Turki yang sekuler.


[1] Hitti, Philip K. 2002. History Of The Arabs. Jakarta, Serambi. Hlm 905.
[2] Ibid., hlm 905-906
[3] Ibid., hlm 912
[4] Ibid., hlm 914
   [5] Isawati. 2012. Sejarah Timur Tengah (Sejarah Asia Barat). Yogyakarta, ombak. Hlm 97
Share: