Saat itu saya baru saja lulus
dari bangku sekolah, besar keinginan saya untuk bisa melanjutkan ke jenjang
pendidikan selanjutnya, begitupun dengan kedua orang tua yang begitu gigih
membantu ku untuk dapat melanjutkan pendidikanku.
Tidak muluk-muluk keinginan saya
saat itu, “bisa lulus tes masuk perguruan Tinggi Negeri”, itu satu-satunya
harapan, saya.
Singkat cerita, selepas ujian
akhir negara. Saya bergegas pergi ke Yogyakarta, untuk mengikuti bimbingan belajar
masuk PTN. Rasanya minder luar biasa ketika teman sekelas berasal dari berbagai
daerah, memiliki latar belakang yang berbeda dan jelas, mereka anak-anak yang cerdas.
Sedangkan saya, hanya seorang anak lulusan SMK, dalam waktu 1 bulan menuju
ujian (SNMPTN) saya harus menyusul ketertinggalan pelajaran saya.
Namun entah mengapa, saya
memiliki keyakinan bahwa saya akan lolos dalam ujian tersebut. Meski saya
sadari betul, ketika dalam kelas Bimbel saya menjadi anak yang paling pasif,
bukan karena saya pemalu tapi karena saya memang tidak bisa menjawab soal-soal
yang disediakan. Yang bisa saya lakukan saat itu, hanyalah mendengarkan guru
pembimbing ketika ia mengajar.
Namun lagi-lagi, saya pun
terheran. Keyakinan dan kepercayaan untuk lolos dalam ujian tersebut, selalu
menenangkan hati saya. Ketika sujud di ¾ malam pun, saya begitu yakin bahwa
Allah akan mendengar do’a saya, dan itu pasti. Bukan karena saya mencoba
mendikte takdir, saya hanya berfikir itu merupakan bentuk kepasrahan dan
kepercayaan saya pada Allah. Tidak ada beban, dan kekhawatiran, semuanya
diserahkan pada Allah. Saya sudah berusaha dengan mengikuti bimbingan belajar
sebelum ujian SNMPTN, tidak lupa saya pun mengulang kembali pelajaran ketika
sampai di rumah, sehabis solat saya berdoa’a, orang tuapun senantiasa mendoakan
dari rumah, semua ikhtiar dan do’a sudah di usahakan, memang yang bisa dilakukan
saat itu ialah berserah diri.
Singkat cerita, hari ujianpun
datang, dan memang benar. Dari 200 soal yang disediakan semuanya susah, dan
saya harus berusaha lebih keras dalam menjawab soal-soal yang ada. Saat itu,
saya sendiri pun tidak yakin dengan jawaba-jawaban saya, namun entah kenapa,
saya tetap yakin bahwasanya Allah akan mengabulkan do’a saya dan saya akan
lolos masuk salah satu perguruan tinggi pilihan saya.
Ketika masa-masa menunggu
pengumuman pelulusan, saya menghabiskan waktunya di rumah. Saya semakin pasrah
dengan apapun hasilnya. Bahkan untuk hasil tersulit pun sudah saya siap, tapi
kalau saya boleh jujur, dibalik kepasrahan saya saat itu, hati kecil saya tetap
yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa saya.
Hari pengumuman pun tiba, dan Alhamdulillah hasilnya sesuai dengan apa
yang saya harapkan. Allah menjawab do’a saya, Allah mengabulkan do’a saya. Dan
kami sekeluarga begitu bersyukur dengan nikmat yang telah Allah berikan.
Lulusnya saya dalam ujian
tersebut, memberikan pelajaran yang luar biasa, bahwasanya Allah itu sesui
dengan prasangka hambanya, dan Allah juga akan mendengar do’a hambanya yang
sungguh-sungguh. Oleh karena itu, yakin dan percayalah kepada Allah, tidak
boleh ada keraguan dalam hati ini terhadap kekuasaan Allah.