Berbicara mengenai Selandia Baru, tidak akan terlepas
dari suku bangsa Maori, yang dipercaya sebagai suku asli Selandia Baru. Menurut
legenda atau mitos setempat, nenek moyang suku Maori yang berasal dari suatu
wilayah di Polynesia memutuskan untuk berlayar untuk bermigasi dengan kano,
sejenis perahu kecil yang memuat 2-3 orang. Penduduk pertama yang menghuni New
Zealand kala itu, memenuhi kebutuhan pangan dengan berburu sepanjang garis
pantai untuk mendapatkan daging dari mamalia laut. Selain itu mereka juga
membuka hutan disekitar hunian mereka dan mengumpulkan kayu untuk memasak.
Budaya rumah
tangga yang dimiliki oleh komunitas suku Maori cukup teratur. Lelaki bertugas
untuk berburu dan membajak sawah sedangkan wanitanya menyiangi rerumputan,
menjahit dan memasak untuk kebutuhan primer sehari-hari. Pembagian status
sosial juga terlihat dalam komunitas suku Maori. Aktivitas-aktivitas sebagai
contoh, bercocok tanam, memanen hasil pertanian, dan lain-lain dilakukan
menurut kemampuan masing-masing individunya. Setiap individu minimal memiliki
keahlian dibidang seni seperti pembuat puisi atau pujangga, pembuat tato dan carving.
A.
Asal-Usul Bangsa Maori
Suku bangsa Maori adalah suku bangsa Polinesia yang
merupakan penduduk asli di Selandia Baru. Mereka dipercaya bermukim di Selandia
Baru sekitar tahun 1280 M. Mereka bermigrasi menggunakan kanao-kanao yang
berasal dari hawaika yang berada di kepulauan polenesia di Samudra Pasifik
menuju ke arah selatan. Mereka
bermigrasi dari Cook Island, Society Island dan Marquesas Island yang
terletak di Samudera Pasifik. Dalam perjalanannya, mereka menemukan sebuah
daratan yang dari laut terlihat seperti tertutup awan berwarna putih. Mereka
akhirnya mendarat ke pulau itu dan memberinya nama Aatearoa yang artinya “The
Land With a Long White Coulds”.
Kata
Aatearoa sebenarnya merupakan gambaran dari Selandia Baru sendiri, yaitu tanah
dengan awan putih yang panjang, yaitu gambaran tentang Selandia Baru saat
diselimuti oleh salju. Pulau yang mereka temukan ini sebenarnya adalah pulau
utara. Setelah ditemukannya pulau Aetearoa, maka secara berkala bangsa
Polenesia melakukan migrasi ke pulau Arteroa ini. Pada 1000-1100 M para
penjelajah Polenesia Toi dan Wathonga mengunjungi Selandia Baru. Dilanjutkan
pada tahun 1350, Armada besar bangsa polenesia mulai mendatangi Aetearoa
menggunakan tujuh kanao, yaitu Aotea, kurahaupo, mataatua, tainui, te,
arawadan, takitimu . Awal migrasi besar-besaran ini sempat menyebabkan gesekan
dengan suku Moriori yang merupakan penduduk asli Selandia Baru sebelum
kedatangan bangsa polenesia. Hal ini membuat suku Moriori hancur dan akhirnya
punah[1].
Nama maori sendiri muncul setelah kedatangan bangsa barat ke
Selandia Baru sekitar tahun 1830. Awalnya orang-orang Polenesia yang menetap di
Selandia Baru menyebut kelompok mereka dengan kata “iwi” yang secara harfiah berati tulang. Maksud dari kata iwi sendiri adalah orang yang terikat
oleh garis keturunan dari satu nenek moyang yang sama. Itu menggambarkan bahwa
mereka berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu bangsa polenesia dari timur
pasifik. Kata maori yang berarti "orang biasa" digunakan oleh bangsa barat untuk
menyebut orang-orang telah tinggal di tanah Selandia Baru sebelum mereka
datang. Sebenarnya penyebutan penduduk asli dengan nama maori digunakan untuk
membedakan orang-orang barat dengan penduduk asli. Orang barat menyebut mereka
sebagai Pakeha yang berarti orang
kulit putih. Sama seperti kebiasaan di daerah temuan lain, orang barat
menganggap bahwa mereka lebih baik dari penduduk asli yang mendiami daerah
temuan mereka. oleh sebab itu mereka sering menamai penduduk asli dengan
sebutan yang mendeskriditkan[2].
B.
Ciri-ciri Fisik
Ciri-ciri fisik suku bangsa Maori sebagian besar hampir sama dengan bangsa
Polenesia. Namun orang Maori yang tinggal di pulau Utara memiliki ciri fisik
yang merupakan perpaduan dari bangsa Polenesia dan bangsa Melanesia. Oleh
kerena itu, diperkirakan bahwa pada saat awal kedatangan bangsa polenesia
sempat terjadi perkawinan campur dengan penduduk Maori yang merupakan ras
Melanesia. Jenis maori campuran ini umumnya memiliki rambut hitam
bergelombang menyerupai ras polenesia tetapi bentuk hidung dan bibir menyerupai
ras Melanesia, yaitu hidung pesek dan bibir tebal. Kulit mereka juga berwarna
cokelat. Biasanya suku maori di pulau Utara menggunakan kapur untuk memutihkan
rambut supaya tampak merona kemerahan. Untuk suku maori yang ada di pulau Selatan umumnya memilki ciri fisik
yang sangat mirip dengan ras polenesia. Mereka mempunyai rambut hitam, mata
cokelat gelap, bibir tebal dan menonjol, hidung datar dengan lubang hidung yang
besar, dan giginya besar.
C.
Kebudayaan
Bangsa Maori
Suku Maori mempunyai kebudayaan yang
cukup tinggi. Kebudayaan suku Maori termasuk salah satu kebudayaan yang kaya
dan beragam, dari tradisional hingga kontemporer. Seni tradisional seperti
mengukir, menenun, kapa haka (kinerja
kelompok), whaikorero (pidato) dan moko (tato) yang dipraktekkan di seluruh
negeri. Budaya lisan suku Maori kaya dengan cerita dan
legenda. Kisah penciptaan menggambarkan dunia yang dibentuk oleh pemisahan Ranginui (Dewa Langit) dan Papatuanuku (Dewa Bumi) oleh anak-anak
mereka[3].
Yang
paling terkenal dari kebudayaan suku Maori ini adalah seni tatonya atau yang
mereka sebut dengan moko. Bagi mereka
tato bukan hanya sebagai hiasan, tetapi merupakan perlambang peringkat, silsilah status, suku sejarah,
kelayakan untuk menikah, kekuatan, kejantanan, dan keberanian.
Orang maori mempunyai cara khusus untuk
menato tubuhnya, yaitu dengan membuat torehan atau pahatan pada kulitnya
menggunakan pisau atau pahat yang terbuat dari kulit kerang laut. Sedangkan
untuk tinta mereka menggunakan dua jenis, yang pertama terbuat dari ngarehu (organisme arang kayu) biasanya digunakan untuk menato
bagian wajah, dan awheto (ulat yang bermutasi menjadi sayuran). Motif tato pada suku maori biasanya berupa
spiral yang dipahatkan pada wajah, pantat dan kaki. Namun pada wanita maori
umunya tato dibuat pada bibir, dagu atau leher bagian belakang.
Pembubuhan tato pada orang maori dimulai
sejak dia beranjak dewasa. Tato sendiri merupakan symbol dari perjalanan hidup
orang-orang Maori. Moko merupakan
cara untuk mengidentifikasi posisi Maori tentang kekuasaan dan otoritas. Mereka
yang pergi tanpa tato dianggap tanpa status atau nilai. Menyalin sebuah pola
tato sangat menghina bagi bangsa Maori. Penyalinan pola ini juga berarti
pencurian identitas.
Makanan khas suku maori adalah hangi. Makanan dimasak dengan cara
disekap ke dalam api di bawah tanah. Caranya, batu dipanaskan dalam api di
bawah tanah, kemudian makanan yang akan dibakar diletakkan di
atasnya,lalu ditutup dengan daun kubis atau selada air. Lama memasak 3 jam,
konon rasanya seperti masakan yang dikukus dengan rasa tanah[4].
Rumah suku maori
adalah rumah merah. Rumah ini berbentuk rumah panggung yang terbuat dari kayu
dan keseluruhannya di cat dengan warna merah dan beratapkan ilalang. Suku maori
juga mempunyai tarian tradisional bernama haka
yang merupakan tarian perang. tarian ini diikuti oleh teriakan dan
dilakukan secara bersama. Tarian haka pada mulanya merupakan tarian yang
dilakukan oleh para prajurit sebelum perang, dimaksudkan untuk menunjukkan
kekuatan dan kekuasaan mereka dengan tujuan mengintimidasi pihak lawan. Namun
saat ini, tarian haka digunakan
sebagai tarian untuk menyambut tamu. Musik khas suku maori adalah whaikorero.
Bangsa Maori juga terkenal dengan tradisi lisannya, yaitu cerita-cerita mitos
yang berkembang secara turun temurun. Contohnya cerita tentang asal usul orang
maori adalah dari pemisahan antara dewa langit dan dewa bumi. Orang maori
percaya mereka adalah keturunan dari kedua dewa tersebut.
Orang Maori
mempunyai salam khas yang disebut hongi,
dimana dua orang yang akan memberikan salam saling berhadapan, memegang bahu
orang di depannya dengan kedua tangan, dan saling menempelkan dahi dan hidung
hingga kemudian menarik napas bersamaan. Dibalik prosesi salam ini ada kesan
filosofis yang tersirat yaitu bahwa makna salam dalam tradisi Maori lebih dari
sekedar basa-basi. Salam suku Maori menggambarkan universalitas manusia, bahwa
apapun latar belakang budaya, negara, agama, dan sifatnya, ketika Hongi
dilakukan, ketika dua dahi dan dua hidung bersentuhan, dan keduanya saling
menghirup napas, di sanalah terbukti bahwa semua orang menghirup oksigen dari
udara yang sama dari bumi yang sama.
D. Kedatangan Bangsa Barat
Bangsa Eropa yang
pertamakali menemukan Selandia Baru adalah pelaut Belanda
bernama Abel Tasman yang melihat pantai sebelah barat dari Pulau Selatan pada
tahun 1642[5]. Awalnya
dia menamakan pulau ini dengan sebutan State Landt karena dia menganggap
Selandia Baru merupakan bagian dari pesisir Argentina. Setelah diketahui bahwa
Selandia Baru bukanlah bagian dari benua amerika, maka nama State Landt diganti
dengan New Zealand. Zealand sendiri merupakan nama salah satu kota yang ada di
Belanda. Abel Tasman bersama awak kapalnya mengalami penyerangan oleh suku
Maori. Salah satu penyebab gagalnya Abel Tasman adalah ketidak pahaman bahasa
yang digunakan. Tahun 1768 Jamess Cook, seorang pelaut Inggris datang ke
Selandia Baru. Dia ditemani Tupaia, seorang polenesia, yang bertugas sebagai
penerjemah. Cook berhasil mengelilingi seluruh pulau selama enam bulan dan
memberi nama beberapa daerah. Setelah kedatangan Jamess Cook banyak orang Eropa
yang mengunjungi Selandia Baru dan semakin banyak orang Eropa yang menetap di
Selandia Baru. Hal ini kemudian menimbulkan konflik dengan suku Maori. Pada
umunya yang menjadi penyebab konflik adalah perbedaan pemahaman
tentang kepemilikan tanah. Saat itu, beberapa daerah tidak memiliki hukum.
Untuk menangani hal ini, pada tahun 1839 Kerajaan Inggris mengirim William
Hobson untuk mengadakan perjanjian dengan bangsa Maori. Pada tanggal 6 Februari
1840, kedua pihak menyetujui perjanjian
yang disebut dengan The Treaty of
Waitangi. Perjanjian ini menjanjikan adanya perlindungan hak atas kepemilikan
tanah dan pemerintahan baik kepada warga pendatang ataupun kepada bangsa Maori,
namun pada prakteknya malah menimbulkan percekcokan dan bahkan perang antara
pendatang dan bangsa Maori. Peperangan ini dimenangkan oleh Pendatang dan sejak
saat itu Selandia Baru berada di bawah pemerintahan Kerajaan Inggris.
0 komentar:
Posting Komentar